Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) menggelar Sosialisasi Pemanfaatan Bioteknologi untuk Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Kantor BB Biogen Bogor, Kamis (5/12/2019).
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai produk rekayasa genetik (PRG) dan keamanannya bagi manusia, ternak dan lingkungan. Dari kegiatan ini juga diharapkan adanya kesepahaman pandangan terkait regulasi kebijakan PRG terutama new breeding technique.
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menyebutkan, hingga kini PRG masih menjadi perdebatan, untuk itu Balitbangtan sebagai lembaga riset berkepentingan dalam mengedukasi berbagai pihak terkait keamanan PRG. Ia menyebutkan, kekhawatiran masyarakat terhadap PRG tidak beralasan karena sudah diuji secara ilmiah.
“Dalam merilis PRG, terdapat tiga lembaga dan kementerian yang haru menyetujuinya yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang melihat keamanan pangannya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang melihat keamanan lingkungannya, dan Kementerian Pertanian yang melihat keamanan pakannya, sehingga prinsip kehati-hatian tetap menjadi prioritas dalam merilisnya,” jelas Fadjry saat diwawancara.
Fadjry juga mengatakan bahwa PRG terus berkembang di negara-negara besar seperti Amerika, Brazil dan Argentina. Untuk itu ia menilai Balitbangtan memiliki kewajiban untuk mengikuti perkembangan penelitian agar tidak tertinggal dalam mendukung pembangunan pertania berkelanjutan.
“Dari segi teknologi, kita tidak terlalu kalah dibanding negara lain. Hanya saja regulasi kita saat ini harus terus dibahas dan kita butuh waktu untuk mengedukasi masyarakat terkait keamanan PRG,” ujarnya.
Ketua Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG), Bambang Prasetya mengatakan, PRG telah berkembang di berbagai negara selama hampir 25 tahun dan hingga kini belum ada bukti bahwa produk tersebut tidak aman, untuk itu ia mendukung pemanfaatan bioteknologi khususnya PRG oleh Balitbangtan.
“Kita sudah mendengar manfaat begitu banyak terhadap produktivitas, lingkungan, fortifikasi dan seterusnya. Tapi kenapa kita masih ketinggalan sementara jumlah penduduknya banyak dan harus disuplai makanan yang cukup sampai kedepan?” kata Bambang.
“Menurut saya salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknologi. Teknologi ini kan ada tingkatannya. Level yang paling ringan itu adalah gemone editing, itu gennya tidak dari luar tapi gen dari dalam yang tidak berperan dimatikan dan menghasilkan varietas yang bagus. Itulah teknologi. Kita ketinggalan kalau tidak mengikuti teknologi,” tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen), Mastur menyebutkan, rekayasa genetika baik transgenik maupun pengditan genom telah diaplikasikan pada beberapa komoditas seperti padi, kentang, tomat dan komoditas lainnya, sehingga kedepan diharapkan dapat mengatasi permasalahan pertanian.
Sosialisasi yang berlangsung selama sehari ini dihadiri lebih dari serratus pesertayang terdiri dari perwakilan Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Kemenko Ekonomi, Badan Riset dan SDM Perikanan KKP, Komisi Keamanan Hayati, akademisi, peneliti, serta Himpunan Profesi, Organisasi Petani dan LSM.
Materi yang disampaikan oleh para narasumber dalam kegiatan ini diantaranya berkaitan dengan perakitan dan pemanfaatan PRG di Indonesia, aplikasi IPTEK dalam mendukung Pertanian Indonesia, Regulasi PRG, Peta Jalan PRG di Indonesia, isu dan fakta GMO, serta Hasil Penelitian Bioteknologi di Indonesia. (Sumber Info: Kemntan - Balitbangtan- BB Biogen)
Link Terkait
https://youtu.be/c0YdfI9vnzk