Potensi lengkeng (Dimocarpus longan) di Indonesia sangat menjanjikan, karena lengkeng mempunyai nilai ekonomi tinggi yang banyak disukai karena rasa serta manfaat gizinya bagi kesehatan. Tanaman ini banyak berkembang di dataran tinggi maupun rendah.
Lengkeng asli Indonesia berasal dari Kalimantan yang dikenal sebagai buah ihau atau buah mata kucing. Beberapa jenis lengkeng telah berkembang di Indonesia yang berasal dari Thailand dan Vietnam atau indroduksi dari keduanya. Sebaran produksi kelengkeng selain di Kalimantan juga sebagian di Jawa dan Sumatera.
Dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk masih menghadapi beberapa tantangan, diantaranya dalam teknologi budi daya pengelolaan hama dan penyakit secara berkelanjutan. Oleh karennya pengendalian hama dengan ramah lingkungan perlu diutamakan. Empat hama utama pada tanaman kelengkeng meliputi kelelawar, ulat penggerek batang, kumbang pengisap bunga dan buah serta kutu putih. Berikut gejala dan cara-cara pengendalian empat hama utama pada lengkeng
1. Kelelawar
Kelelawar bisa merusak buah kelengkeng baik yang masih muda maupun yang sudah masak dengan cara memakan buah tersebut. Untuk menghindari serangan kelelawar, petani dapat melakukan pembungkusan buah dengan anyaman bambu atau karung serta memasang jaring pengaman. Selain itu, mengalihkan aroma buah dengan cara tertentu misalnya memasang ajir bambu, menggantung ikan asin atau terasi di plastik yang berlubang atau penanaman buah kersen yang disukai kelelawar.
2.Ulat Penggerek Batang (Zeuzera coffeae Neither)
Ulat ini membuat lubang gerekan pada batang, yang bisa mengakibatkan gangguan distribusi air dan nutrisi, menyebabkan jaringan tanaman mati mulai dari bagian yang digerek sampai pucuk tanaman. Penanganannya melibatkan pemotongan dan pemusnahan batang yang terkena serangan serta pemberian patogen serangga Beauveria bassiana ke lubang gerekan. Jika diperlukan, bisa menutup lubang bekas gerekan dengan kapas yang diberi insektisida terdaftar di Kementerian Pertanian, sesuai dosis pada kemasan.
3.Kumbang pengisap bunga dan buah (Tessarotoma sp.)
Kumbang ini dapat mengakibatkan kerusakan pada batang atas cabang kelengkeng. Pengendaliannya bisa dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti predator Anastatus sp., Micropanurus sp., dan Eupelmid sp., serta penyemprotan ekstrak daun gamal/mimba dengan konsentrasi yang tinggi dan menanam refugia di sekitar lahan sebagai langkah konservasi.
4. Kutu Putih/Dompolan (Planococcus citri Risso)
Kutu putih umumnya hidup bergerombol pada daun, ranting, bunga, atau buah kelengkeng. Mereka mengisap cairan tanaman dan mengeluarkan sekresi embun madu yang dapat menjadi media tumbuh cendawan jelaga. Embun madu juga disukai semut, sehingga penyebaran kutu putih juga sering dilakukan oleh semut.
Pengendalian hama dilakukan dengan pengaturan kerapatan tajuk agar sinar matahari masuk dan mengurangi kelembaban, serta membersihkan area bawah tajuk agar terbebas dari sarang semut. Pengendalian biologi dilakukan penyemprotan dengan detergen atau sabun pencuci piring dengan konsentrasi 1 ml per liter air untuk meluruhkan lilin pada kutu putih. Selain itu dengan pemanfaatan musuh alami yang berupa predator Curinus coerelleus atau pathogen serangga Beauveria bassiana dan menanam refugia. Langkah terakhir melakukan penyemprotan bila perlu dengan insektisida yang terdaftar di Kementan.
Dalam menghadapi hama ini, para petani perlu mengambil langkah-langkah bijak dan berkelanjutan. Pemanfaatan agens pengendalian hayati, penanaman refugia dan penggunaan pestisida sebagai alternatif terakhir dapat membantu menjaga kualitas dan kuantitas produksi kelengkeng. (DA’Okt23)
Sumber:
1. Teknik Budidaya Lengkeng/ Sukadi dkk.
https://repository.pertanian.go.id/bitstreams/adf28318-2d3b-4e6f-a2b0-eb77d0d0ec87/download
2. Buku lapang budidaya lengkeng/ Direktorat Buah dan Florikultura
https://repository.pertanian.go.id/items/2483e7b0-0bfa-40db-986d-74cf1180645e/full