Kementerian Pertanian telah melakukan terobosan melalui program optimasi lahan rawa di seluruh Indonesia. Prioritas utamanya adalah rehabilitasi lahan-lahan tidur melalui perbaikan infrastruktur jaringan tata air dan pintu air untuk dapat meningkatkan intensitas pertanaman (IP).
Pada tahun 2018, pemerintah menargetkan optimasi lahan seluas 134.700 hektar dan tahun 2019 seluas 100.000 hektar dengan bantuan ekskavator besar sebanyak 515 unit, dari jumlah tersebut dialokasikan ke lahan rawa sebanyak 150 unit.
Terobosan pengembangan infrastruktur melalui revitalisasi jaringan tata air yang sudah ada dengan perbaikan saluran yang dangkal dan pembersihan dari rerumputan yang memenuhi jalur aliran air. Hal ini dapat mengurangi head loss ketinggian muka air di saluran dan lahan pertanian. Perbaikan pintu-pintu air yang rusak agar dapat berfungsi mengendalikan tata air sesuai kebutuhan tanaman. Pembangunan dam parit atau long-storage sebagai sumber air pada musim kemarau, agar petani dapat mengusahakan tanaman dua kali dalam setahun (IP 200). Hal ini sudah terbukti di beberapa tempat seperti Merauke dan Kalimantan Selatan. Penyediaan 1.071 unit pompa air untuk irigasi, Pemerintah juga berencana membangun sebanyak 800 unit embung dan 1.000 hektar dam parit dan long storage pada tahun 2018-2019.
Pembangunan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan desa dan jalan usaha tani juga diperlukan untuk mobilisasi mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi dan pemasaran hasilpertanian.
Pengembangan varietas unggul adaptif atau toleran kondisi lahan rawa dengan hasil relatif lebih tinggi dan umurnya pendek merupakan suatu langkah terobosan untuk memecahkan masalah bio-fisik lahan rawa, sekaligus meningkatkan produksi tanaman pangannya. Pemilihan varietas berdasarkan beberapa faktor seperti potensi hasil tinggi, toleran cekaman abiotik, permintaan pasar, preferensi, umur dan tinggi tanaman dan tahan hama dan penyakit tanaman.
Strategi lainnya mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan alsintan di lahan rawa dengan menumbuh kembangkan lembaga Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA). Untuk mempercepat pengembangan alsintan pada budi daya tanaman pangan.
Pemakaian dan pengembangan pertanian organik, langkah-langkah yang dapat diterapkan di lahan rawa dalam rangka mendukung lumbung pangan, yaitu:
- Penanaman varietas unggul. Varietas padi yang ditanam dan dikembangkan pada lahan rawa harus mempunyai karakter tahan genangan, toleran terhadap hama dan pathogen, serta berumur genjah.
- Penggunaan pupuk organik/hayati. Pupuk hayati dapat diaplikasikan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti kotoran ternak, limbah biomassa, dan produkproduk pupuk hayati.
- Penerapan cara tanam jajar legowo. Cara tanam jajar legowo sudah terbukti dapat meningkatkan produktivitas padi pada lahan rawa.
- Integrasi tanaman dan ternak. Integrasi tanaman (padi) dan ternak di lahan rawa memungkinkan mengembangkan pola tanam berorientasi zero waste.
- Akomodatif terhadap indigenous technology. Indigenous technology yang diterapkan berdasarkan kearifan lokal masyarakat di lahan rawa perlu tetap dipertahankan dengan tetap mengintroduksikan teknologi inovatif yang potensial untuk dikembangkan pada lahan rawa pada kondisi spesifik lokasi.
Pengembangan Korporasi Petani dalam membangun lumbung pangan di lahan rawa pada tataran mikro adalah menerapkan azas economic of scale, yaitu semakin luas pengelolaan usaha semakin efisien biaya produksi yang digunakan. Biaya produksi tersebut mencakup pengelolaan tanaman, sarana produksi, transportasi, dan pemasaran hasil usaha tani. Melalui korporasi juga dapat diperoleh kemudahan dalam akses informasi, modal, dan bargaining poistion di pasar. Mekanismenya, usaha tani skala kecil bergabung ke dalam usaha tani hamparan yang dikelola dengan manajemen pertanian modern, penerapan mekanisasi, varietas unggul, teknologi budi daya, sistem panen dan pengelolaan pascapanen yang berdaya saing. Dalam model korporasi, manajemen berperan menentukan jumlah dan kualitas pasokan bahan baku dari produsen (gabungan kelompok tani) melalui Lembaga Usaha Ekonomi Petani (Koperasi/BUMP/BUMDES/BUMR).
Dengan terobosan kementerian pertanian yang telah dilakukan diharapkan lumbung pangan dapat terwujud di lahan rawa.
Sumber informasi:
Membangkitkan lahan rawa membangun, lumbung pangan Indonesia/ Andi Amran…dkk. Jakarta: IAARD Press, 2018, hal. 68-79