Kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis) menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan dengan banyaknya restoran dan hotel menawarkan berbagai hidangan dengan kembang kol, selain itu kembang kol juga mudah tumbuh dan mudah dipasarkan. Tanaman sayuran ini juga termasuk sayuran mewah yang harga jualnya paling tinggi dibandingkan dengan jenis kubis atau sayuran lainnya. Usahatani kembang kol sangat layak untuk diusahakan dan sangat menguntungkan.
Sesuai GAP (Good Agriculture Practice) penerapan budidaya kembang kol menggunakan perpaduan input anorganik dan organik. Pupuk organik yang digunakan terdiri atas pupuk organik dan pestisida nabati, yang diharapkan dapat terjaga dan ramah lingkungan.
Usahatani kembang kol dapat dihitung dari biaya produksi dan pendapatan dari usahatani tersebut. Biaya produksi meliputi biaya peralatan produksi (bibit, pupuk, pestisida), penyusutan peralatan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya selama musim tanam kembang kol. Biaya yang harus dikeluarkan berupa biaya tetap yang harus terus dikeluarkan berapapun volume produksinya. Biaya tersebut terdiri dari biaya alat dan penyusutan alat produksi.
Biaya lain yaitu biaya variabel yang berhubungan langsung dengan jumlah tanaman yang ditanam, terdiri atas biaya penanganan lahan, peralatan produksi, tenaga kerja, dan biaya persiapan. Biaya yang menjadi perhatian adalah tenaga kerja, karena tenaga kerja sebagai faktor produksi merupakan faktor yang penting, maka tidak hanya ketersediaan tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan keragaman pekerjaan harus diperhatikan
Sebagai contoh pengembangan budidaya kembang kol di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Balai Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Sempaja Kalimantan Timur, di lahan seluas 3,5 hektar. Analisis keuntungan dengan kriteria data berdasarkan volume produksi luas lahan, input tenaga kerja, dan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
Jumlah produksi kembang kol rata-rata adalah Rp 616,67 kg, harga rata-rata beberapa penjual adalah Rp 20.000,00 per kg. Rata-rata total pendapatan adalah
Rp 12.333.333,33 per musim tanam, atau Rp 60.158.730,16 per hektar.
Total biaya produksi sebesar Rp 29.084.37,86. per hektar, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 60.655.737,70 per hektar, diperoleh pendapatan rata-rata sebesar Rp 31.571.363,84 per hektar. harga rata-rata Rp 20.000,00 per kg. pendapatan usahatani kembang kol di BPPSDMP sebesar Rp 6.419.510,65 per musim tanam.
Titik impas harga penjualan Rp 9.590,- harga pasaran kembang kol sedangkan penjualan sebesar Rp 20.000,- lebih besar daripada titik impas harga jual sehingga mendapatkan keuntungan .
Usahatani kembang kol sangat layak untuk diusahakan dan sangat menguntungkan, berdasarkan Nilai R/C ratio kurang lebih sebesar 1 dengan pengeluaran biaya sebesar Rp 1, maka akan mendapat penerimaan sebesar Rp 2.08, terakhir untuk titik impas (break even point) harga sebesar Rp 9.590 per kg dan titik impas jumlah produksi sebanyak 520 kg, usahatani kembang kol menguntungkan dan layak untuk dikembangkan dan dilanjutkan. (SUT/150724)
Sumber:
Analisis Kelayakan Usahatani Kembang Kol (Brassica Oleracea Botrytis) di BPPSDMP Kalimantan Timur/ Daniel Muttaqin
Jurnal AgriWidya, Vol. 4 No. 1, Maret 2023
https://repository.pertanian.go.id/server/api/core/bitstreams/cd21ccd2-94a2-45