Tanaman sagu dapat tumbuh dengan baik di lahan pasang surut dimana tanaman lain sukar tumbuh. Budi daya sagu di lahan pasang surut perlu diketahui untuk menghindari kekeliruan dalam membuka dan mengelola lahan karena membutuhkan biaya besar untuk merehabilitasinya dan sulit untuk memulihkan kondisi seperti semula.
Potensi tanaman sagu di Indonesia cukup besar, diperkirakan sekitar 1.128 juta ha atau 51.3% dari luas areal sagu dunia. Dari luas tersebut, 90,3% dalam bentuk hutan sagu dan sisanya 9,7% dibudidayakan secara tradisional%. Meskipun demikian teknik budi daya yang tepat pada lahan pasang surut belum diterapkan oleh petani atau masyarakat luas.
Teknik Budi Daya
Sagu paling baik bila ditanam pada tanah yang mempunyai pengaruh pasang surut, terutama bila air pasang tersebut merupakan air segar. Suhu yang optimal bagi pertumbuhan sagu adalah rata-rata 24–30 derajat celcius.Lingkungan yang paling baik untuk pertumbuhannya adalah daerah yang berlumpur, dimana akar nafas tidak terendam.
Budi daya tanaman sagu meliputi (1) persiapan lahan; (2) penyediaan bahan tanaman; (3) pembibitan; (4) penanama; dan (5) pemeliharaan.
Persiapan lahan
- Pembukaan hutan/pembersihan lahan: Pembukaan hutan dilakukan satu hingga dua tahun sebelum penanaman sagu. Pembersihan lahan, tunggul-tunggul dibongkar dan dikeluarkan dari areal yang akan dijadikan lahan.
- Pengelolaan tata air: Lahan gambut pasang surut umumnya mempunyai pH rendah dan permukaan air tanah tinggi sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sagu Metroxylon. Pengelolaan air merupakan kunci utama yang harus dikuasai untuk tujuan pengembangan sagu Metroxylon di lahan pasang surut. Tata saluran air terdiri atas saluran induk atau saluran primer, saluran penghubung atau saluran sekunder, dan saluran pengering areal atau saluran tersier. Pembangunan saluran tersebut dapat menggunakan alat eksavator, namun Apabila ketebalan gambut kurang dari satu meter, pembangunannya tidak dianjurkan menggunakan alat tersebut.
- Pembuatan Blok
- Ukuran blok 400m x 400 m, jadi satu blok luasnya 16 ha, di tengah blok dibangun kanal tersier.
- Kanal yang harus dibangun ada 3 macam, yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier.
- Kanal primer adalah saluran yang digali tegak lurus terhadap sungai, dibangun di setiap dua blok kebun sagu, jarak antar kanal 800 m dan lebar saluran 2,5 m.
- Kanal sekunder adalah saluran yang digali tegak lurus terhadap saluran utama (melintang pada blok dan kanal utama). Lebar saluran sekunder adalah 2 m.
- Kanal tersier adalah saluran yang digali pada pertengahan blok atau di antara dua blok atau melintangi diantara blok-blok yang saling berseberangan. Lebar saluran tersier adalah 1,5 m.
- Saluran drainase lebarnya 0,75 m - 1,00 m.
Penyediaan Bahan Tanaman
1. Perencanaan dan penyediaan anakan. Langkah langkah penyediaan anakan sagu sebagai berikut :
- Anakan yang digunakan sebagai bahan tanaman biasanya berasal dari kebun sagu yang telah dipanen 3–4 kali. Berat anakan berkisar 2,1–-3,0 kg dan berbentuk L.
- Proses pemisahan anakan pemotongan anakan dilakukan di daerah yang berkayu keras, pelepah daun dipotong hingga 40 cm. Pemotongan anakan sagu menggunakan linggis yang bagian bawah lebar dan tajam.
- Pengangkutan anakan, proses pengangkutan, sebaiknya anakan sagu harus tetap dalam kondisi dingin dan lembab.
2. Seleksi bibit sebelum diletakkan diatas rakit, anakan diseleksi berdasarkan tingkat kesegaran.
3. Perlakuan pestisida dan fungisida. Luka bekas potongan pada anakan rentan sekali terhadap serangan penyakit. Untuk mengantisipasi hal tersebut anakan yang telah diseleksi direndam dalam larutan pestisida/fungisida dithane M-45 2 mg/liter dengan lama perendaman 5–-10 menit.
Pembibitan.
Untuk mendapatkan bibit dengan daya tumbuh yang tinggi sebaiknya pembibitan dilakukan dengan menggunakan rakit yang terbuat dari bambu atau pelepah sagu tua . Rakit tempat persemaian anakan sagu pada air mengalir. Lamanya pembibitan 3 bulan, pada saat itu bibit telah memiliki 2-3 helai/pelepah daun dan bibit sudah siap tanam di lapangan.
Penanaman
Penanaman bibit sagu dilakukan pada musim hujan dengan ukuran lobang adalah 30 cmx30 cmx30 cm. Bibit sagu ditanam tegak lurus (sebaiknya dengan menggunakan penyangga) dan bibit yang telah mempunyai 3–4 pelepah dipangkas untuk mengurangi penguapan. Sagu ditanam dengan jarak tanam 10 m x 10 m segiempat atau 8 m x 8 m segiempat.
Pemeliharaan
Anakan yang tumbuh disekitar pohon induk dimusnahkan. Penjarangan dilakukan dengan meninggalkan satu anakan tiap tahun dan sebaiknya tanaman tidak tergenang air terus menerus. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi :
- Penjarangan dan penyulamann dilakukan setiap waktu sampai umur 3 tahun menggunakan bibit cadangan yang sudah ditanam di lahan bersamaan dengan waktu tanam, pada salah satu ujung barisan tanaman.
- Penyiangan gulma dilakukan pada tanaman sagu muda (3–5 tahun), karena pada umur ini tanaman sagu rawan terhadap serangan hama. Penyiangan dilakukan menggunakan tangan, sabit, parang, cangkul dan alat pertanian lainnya.
- Pemupukan, jenis dan takaran pupuk dilakukan dua kali dalam setahun yaitu setengah takaran pada kondisi lahan normal dan lahan pasang surut.
Budi daya tanaman sagu di lahan pasang surut diharapkan dapat menjamin keberlanjutan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam. (SUT/2025)
Sumber:
- Engelbert Manaroinsong, R.B. Maliangkay, Nurhaini Mashud/ Budidaya Tanaman Sagu (Metroxylon sp.) di Lahan Pasang Surut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/4024