Pegagan termasuk 10 besar bahan baku obat tradisional yang semakin diminati dan dibutuhkan oleh industri. Tanaman ini juga sudah mulai dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan karena telah terbukti secara ilmiah dapat memelihara kesehatan. Dengan budi daya yang tepat, pegagan yang dihasilkan akan terjamin kuantitas dan kontinuitasnya.
Pegagan merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang telah lama dikonsumsi masyarakat baik sebagai lalapan segar, campuran asinan dan ramuan obat tradisional. Melihat tantangan dan peluang usaha yang sangat terbuka, perlu didorong dengan dikembangkannya usaha pegagan skala luas dan berkelanjutan. Budi daya pegagan saat ini masih terbatas dilakukan petani sebagai usaha sampingan, masih konvensional karena minimnya pengetahuan petani dan belum menggunakan varietas unggul. Umumnya petani masih menggantungkan panen dari alam. Kondisi tersebut akan berdampak tidak terjaminnya kuantitas dan kontinuitas pasokan bahan baku, kurang optimalnya kandungan bioaktif, rendahnya produktivitas dan mutu pegagan yang dihasilkan. Oleh karena itu, diperlukan budi daya yang tepat dari mulai persiapan benih, pengolahan lahan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit dan panen.
Budi Daya Pegagan
Persiapan Benih
- Benih tanaman induk berumur setahun digunakan berupa stolon disertai minimal 2 calon tunas. Pisahkan stolon dari tanaman induk dengan hati-hati.
- Stolon diambil beserta tanahnya, direndam air 1 jam dipotong-potong per anakan, disemai dalam polibag kecil ukuran 5 cm selama 3 - 4 minggu.
- Media yang digunakan untuk mengisi polibag adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1.
- Persemaian dilakukan di tempat dengan naungan dan disiram sesuai kebutuhan. Setelah tumbuh daun baru minimal 2 - 3 daun, benih siap dipindah ke lahan.
Pengolahan Lahan
- Bersihkan lahan. Tanah diolah dan digemburkan kedalaman 20–40 cm
- Pastikan pH tanah berada dalam kisaran 6 – 7. Jika pH tidak sesuai, dapat dilakukan penetralan dengan kapur pertanian.
- Tanah diratakan lalu dibuat bedengan dan antar bedengan dibuat parit saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan air di lahan. Lebar bedengan 120 cm sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan ukuran lahan.
- Buat lubang tanam tidak terlalu dalam dengan ukuran sekitar 5–7 cm dalam bedengan.
- Pada setiap lubang diberi pupuk dasar berupa pupuk organik atau kandang yang sudah masak (ditandai pupuk sudah gembur seperti tanah) dengan dosis 5 – 10 ton/ha atau disesuaikan dengan kesuburan lahan. Pengaplikasian pupuk dasar dilakukan 1 minggu sebelum tanam.
Penanaman
- Benih dipindahtanamkan dari polibag ke bedengan yang telah dipersiapkan. Saat memindahkan benih tanaman diusahakan agar tanah dalam polibag tidak rusak.
- Penanaman dilakukan pada bedengan dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm, 20 cm x 30 cm, atau 30 cm x 30 cm.
- Benih yang telah ditanam pada lubang tanam kemudian diberikan SP36 (150 – 200 kg/ha) dan KCl (150 – 200 kg/ha) di sekeliling benih tanaman kemudian ditutup tanah. Setelah penanaman, langsung dilakukan penyiraman.
Pemupukan
Dilakukan sebanyak 2 – 3 kali, tergantung pada kondisi dan kesuburan lahan. Pemupukan dilakukan pada setiap 1 kali musim tanam, yaitu saat awal penanaman (pupuk dasar), pertengahan masa pertumbuhan vegetatif dan setelah pegagan dipanen (karena pegagan dapat dipanen berulang kali, maksimal 3 kali panen baru bongkar/ganti tanaman baru).
Pemeliharaan
- Penyiraman dilakukan sekali atau dua kali sehari tergantung kondisi cuaca,
- Penyulaman bertujuan untuk mengganti tanaman yang tidak berhasil tumbuh dan dilakukan setelah tanaman berumur 2-4 minggu di lahan,
- Penyiangan biasanya dilakukan 1–4 minggu setelah tanam dan secara rutin tergantung kondisi lahan sampai saat panen.
Pengendalian Hama dan Penyakit
- Lakukan pemantauan rutin, penyiangan dan pemangkasan pada daun-daun yang layu atau kering, karena dapat menjadi tempat persembunyian hama
- Apabila terdapat serangan hama yang cukup merugikan, dapat dilakukan pengendalian dengan pestisida nabati.
Panen
- Ukuran daun sudah relatif besar, tumbuh segar, berwarna hijau tua, terasa kaku dan tebal jika dipegang.
- Stolon sudah tumbuh banyak di lahan budidaya
- Pemanenan dapat dilakukan dengan cara memotong bagian daun dan tangkai menggunakan alat panen yang tajam dan bersih dilakukan 3 - 4 kali dalam setahun. Peremajaan dilakukan setelah tanaman berumur 2 tahun. Pegagan yang telah dipanen dimasukkan ke dalam karung waring untuk selanjutnya langsung dijual atau diproses ke penanganan pascapanen.
Dengan menerapkan budidaya yang tepat diharapkan pasokan bahan baku kuantitas dan kontinuitas terpenuhi, kandungan bioaktif optimal, dan tingginya produktivitas dan mutu pegagan yang dihasilkan. (WD 2025)
Sumber:
Ernawati, H.R. et al. (2023). Budidaya pegagan: tanaman obat berkhasiat. Pertanian Press.
https://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/23582