Ketahanan pangan berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama sosial, ekonomi,dan bahkan politik. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian senantiasa berupaya meningkatkan produksi padi yang menjadi makanan pokok penduduk. Disisi lain Perkembangan hama dan penyakit tanaman dalam beberapa tahun terakhir juga menjadi bagian dari dampak perubahan iklim. Ledakan hama wereng batang coklat di beberapa daerah akhir-akhir ini, misalnya, telah merusak sebagian pertanaman padi yang tentu saja berdampak terhadap penurunan produksi.
Pengalaman membuktikan sebagian masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dapat diatasi dengan penerapan teknologi. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian terus berupaya menghasilkan inovasi dan terobosan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani yang menjadi basis pembangunan pertanian. Pada tahun 2013 Badan Litbang Pertanian telah melepas tujuh varietas unggul padi, lima di antaranya untuk lahan sawah irigasi dan dua lainnya untuk lahan kering (gogo).Dari lima varietas unggul padi sawah irigasi, dua di antaranya padi hibrida dan tiga lainnya padi inbrida. Padi hibrida dilepas dengan nama HIPA 18 dan HIPA 19, sementara padi inbrida diberi nama Inpari 31, Inpari 32 HDB, dan Inpari 33.
Padi sawah varietas Inpari 33 mampu berproduksi 9,6 t/ha dan tahan hama wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3, sementara padi gogo varietas Inpago 10 berpotensi hasil 7,3 t/ha dan tahanpenyakit blas. Pengembangan varietas unggul baru padi diharapkan berkontribusi nyata dalam meningkatkan produksi beras nasional menuju swasembada berkelanjutan.
Informasi ini dimuat pada artikel Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian --> Vol.36 No.3 Th. 2014. Artikel tersebut dapat diakses secara gratis di situs web Pustaka.