Hara S merupakan hara makro sekunder yang dibutuhkan tanaman. Sebagian besar S dalam tanah terdapat dalam bahan organik dan sulfat yang terlarut dalam tanah merupakan sumber utama hara S bagi tanaman. Sulfat aktif diserap akar, terutama pada rambut akar, lalu masuk ke dalam sel tanaman. Sulfur berperan penting dalam pembentukan struktur dan fungsi enzim dan protein dalam jaringan daun dan biji. Suplai S yang cukup akan menjamin kecukupan sistein yang berperan penting dalam pembentukan protein biji.
Hasil penelitian pada 30 contoh tanah yang diambil di Jawa, Lombok, dan Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa tanah sawah di Pulau Lombok dan Sulawesi Selatan perlu ditambah hara S.Diperkirakan 60-70% lahan sawah di Sulawesi Selatan kahat hara S. Pemupukan S nyata meningkatkan berat gabah di Takalar. Hasil tertinggi 6,18 t/ ha dicapai pada pemupukan S 10 kg/ha,sedangkan di Sinjai, pemupukan S tidak meningkatkan berat gabah.
Pemupukan dengan menerapkan empat tepat akan meningkatkan efisiensi pemupukan S,aplikasi pupuk S mengacu pada prinsip empat tepat, yaitu tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat waktu,dan tepat tempat. Kekurangan S akan menurunkan sintesis protein dan menyebabkan penggunaan nitrogen (N) rendah serta mengurangi fiksasi N oleh tanaman legum. Sebagai contoh pada rotasi kanola-barley gandum di Kanada bagian barat, kebutuhan S yang tinggi pada kanola dapat dipenuhi dengan aplikasi S secara tunggal untuk memenuhi kebutuhan hara yang tinggi dalam siklus tiga tahun.
Informasi ini merupakan salah-satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian ---> Vol.36 No.4 Th. 2014 yang dapat dilihat di sini