Pada era digital saat ini, pustakawan di Indonesia dihadapkan dengan tantangan besar untuk terus meningkatkan kompetensinya agar tetap relevan dan profesional dalam menghadapi tuntutan zaman yang semakin maju. Menyadari hal tersebut, Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (PUSTAKA) menggelar Workshop Sertifikasi Pustakawan yang dilaksanakan pada 17 Oktober 2024 di kantor Pustaka.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala PUSTAKA, Muchlis. Ia memberikan apresiasi kepada tim PUSTAKA atas inisiatif dan upaya mereka dalam memfasilitasi sertifikasi pustakawan. “Kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan, khususnya dalam konteks literasi di bidang pertanian,” serunya.
Dalam arahannya, Muchlis menegaskan bahwa kebutuhan sertifikasi ini sangat mendesak karena literasi merupakan komponen vital dalam pembangunan masyarakat. Kepala PUSTAKA juga mengingatkan bahwa meskipun memiliki banyak perpustakaan dan pustakawan, Indonesia dihadapkan pada situasi darurat literasi. “Hal ini terlihat dari penilaian Programme for International Student Assessment (PISA), yang menempatkan kemampuan membaca masyarakat Indonesia di level bawah,” ungkapnya.
Sektor pertanian sudah memasuki fase darurat pangan, Muchlis menyatakan bahwa literasi masyarakat juga berada di titik kritis. Ketika ketahanan pangan menjadi perhatian utama, masyarakat masih belum memahami perannya dalam menjaga ketahanan pangan, bahkan dalam hal sederhana seperti penanganan food waste.
"Banyak orang belum menyadari pentingnya memanfaatkan makanan secara efisien. Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat kesadaran literasi pertanian," ungkapnya. “Untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan swasembada pangan, keberadaan perpustakaan yang kredibel sangat penting,” tambahnya.
Pertanian merupakan sektor strategis bagi Indonesia karena memiliki potensi besar untuk menopang ekonomi nasional. Salah satu buktinya yaitu pada saat pandemi COVID-19, di mana sektor ini tetap memberikan kontribusi positif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dalam beberapa dekade mendatang, Muckhlis percaya bahwa Indonesia harus mampu menjadi kekuatan besar di sektor pangan. Perpustakaan pertanian, dengan dukungan pustakawan yang profesional, akan menjadi pilar penting dalam mendukung tercapainya visi tersebut. Selain itu, untuk mewujudkan swasembada pangan, Indonesia memerlukan perpustakaan yang tidak hanya kredibel tetapi juga dapat menjadi pusat informasi pertanian yang akurat.
Pada akhir arahannya, Kepala PUSTAKA percaya bahwa perpustakaan dapat berperan sebagai pusat data, fakta, dan informasi terkait pertanian. Oleh karena itu, pustakawan harus dibekali dengan kemampuan untuk menyediakan layanan tersebut secara profesional.
Sementara itu, Ulpah Andayani, asesor sertifikasi pustakawan yang hadir sebagai narasumber, menekankan bahwa kompetensi pustakawan harus terlihat jelas dan diakui oleh lembaga resmi, seperti Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). "Pustakawan harus visible dan credible, dan profesionalisme mereka harus diuji dan dibuktikan melalui proses sertifikasi yang sistematis," ungkapnya.
Menurut Ulpah, sertifikasi pustakawan dilakukan melalui uji kompetensi yang mengacu pada Standar nasional dan internasional. Proses sertifikasi ini bertujuan untuk memastikan pustakawan mampu mengembangkan perpustakaan sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Dalam skema sertifikasi, ada 14 klaster kompetensi yang harus dikuasai pustakawan, mulai dari pengembangan koleksi perpustakaan, layanan perpustakaan berbasis komputer, hingga layanan khusus seperti untuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas,” ujarnya
“Pustakawan yang lulus sertifikasi diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam meningkatkan layanan perpustakaan serta memberikan kontribusi nyata terhadap literasi dan kesejahteraan masyarakat, khususnya di sektor pertanian,” Pungkasnya (Rep.TP)