Jambu Mete menjadi icon jajanan yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh dari Sulawesi Tenggara. Harganya memang cenderung naik turun karena tergantung pasokan bahan mentah dari petaninya. Produktivitas jambu mete saat ini dilaporkan berada di kisaran 350 kg/ha/tahun dari potensinya yang mampu mencapai lebih dari 500 kg/ha/tahun jika dikelola dengan baik.
Melalui keberadaan BPTP di Sulawesi Tenggara, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan produktivitas jambu mete. Teknologi tersebut dirancang melalui penjarangan, pemangkasan dan pemupukan organik dan anorganik yang mampu meningkatkan produktivitas jambu mete hingga menghasilkan buah berkisar 10 20 buah per tangkai buah terminal.
Khusus pemangkasan, dilakukan pada cabang bawah tidak produktif yang bersifat parasit, cabang mati/sakit/terserang hama, dan cabang ekstensif. Dosis pupuk yang digunakan pada tanaman berumur 10 tahun adalah 500 gr/urea, 1 kg Phonska (15:15:15:10) ditambah kotoran kambing 20 kg/pohon.
Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu 70 % pada awal musim bunga dan 30% dua bulan berikutnya. Pupuk diberikan dalam alur dangkal sedalam 15-20 cm pada batas proyeksi tajuk secara merata di sekeliling tanaman menggunakan cangkul pada radius 1,5 2,0 m dari pohon. Setelah itu, pupuk segera ditutup dengan tanah.
Teknologi peningkatan produktivitas jambu mete ini sudah diadopsi di Kabupaten Muna. Pencapaian hasil jambu mete di Kabupaten ini pun cukup mencengangkan, yaitu meningkatkan produksi jambu mete dari 200 kg gelondong mete/ha/tahun menjadi 500 kg gelondong mete/tahun/ha.
Dari sisi penerimaan pada tahun kajian tersebut dilakukan BPTP Sultra, penerimaan petani mete meningkat dari Rp. 1.400.000/ha/tahun menjadi Rp.3.500.000/ha/tahun dan berpeluang hingga mencapai Rp. 8.400.000/ha/tahun.
Informasi lebih lanjut: BPTP Sulawesi Tenggara