Meskipun Indonesia merupakan produsen buah kakao terbesar di Asia, penanganan limbah kakaoo belum dikelola dengan baik, pada musim panen buah kakao, ketersediaan kulit buah kakao melimpah, kulit buah kakao yang dihasilkan mencapai sekitar 72% sedangkan bijinya hanya 28% saja, pengelolaan kulit buah kakao dengan baik dapat meningkatkan sanitasi lingkungan.
Kulit buah kakao memiliki protein sebesar 6-9% berpotensi menggantikan rumput. Pemberian kulit buah kakao dapat diberikan secara segar maupun diolah terlebih dahulu, namun karena kadar air kulit buah kakao yang tinggi, sekitar lebih dari 80% menyebabkan daya simpan kulit buah kakao segar sangat rendah yaitu tidak lebih dari 3 hari. Kulit buah kakao yang diolah akan memberikan daya simpan yang lebih lama, pengolahan dengan cara fermentasi menggunakan bantuan mikroba jamur kurang diminati di tingkat peternakan rakyat karena mikroba yang dibutuhkan sulit untuk diperoleh.
Untuk itu cara yang lebih sederhana untuk mengolah kulit buah kakao adalah dengan menjadikanya silase, hal ini dapat mengatasi melimpahnya limbah kulit buah kakao dan menjadikanya sebagai pakan cadangan pengganti rumput untuk ternak.