Seringkali buku lama yang kita miliki rusak karena lembab atau dimakan rayap, bagaimana cara mencegah buku lama dari kerusakan ? Untuk itulah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) menggelar Workshop Preservasi dan Konservasi Koleksi Perpustakaan pada 2/10/2018.
Acara dibuka oleh Kepala Sub Bagian Layanan, Bidang Perpustakaan Ira Dwi Rachmani dalam sambutannya Ira mengatakan bahwa workshop di laksanakan dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan 2018.
Tujuan diselenggarakan acara ini adalah untuk meningkatkan kompetensi keterampilan pengelola perpustakaan dalam pelestarian dan pemeliharaaan koleksi perpustakaan. Kemudian Ira menambahkan bahwa preservasi dan konservasi sangat penting, jika koleksi di rumah saja di pelihara bagaimana koleksi untuk layanan tentu efortnya harus lebih tinggi.
Workshop ini dilaksanalan empat gelombang agar lebih optimal karena selain partikal di kelas para peserta juga praktek langsung di ruang preservasi. Setiap gelombang hanya menerima 20 peserta. Sasaranya adalah pengelola perpustakaan di instasi dan masyarakat umum. Preservasi dan konservasi tidak hanya untuk buku tetapi juga bisa untuk arsip atau dokumen. Kegiatan workshop ini dipandu oleh Pustakawan Senior ahli Preservasi dan Konservasi Koleksi Perpustakaan, Eka Kusmayadi.
Dalam paparannya Eka menjelaskan bahwa proses digitalisasi menggunakan aplikasi tidak bisa dikatakan sebagai proses preservasi karena aplikasi selalu berubah. Yang aman menggunakan mikro film karena lebih bertahan lama.
Perawatan koleksi adalah dengan mempertahankan suhu, kelembaban, dan cahaya. Jika masuk ke dalam buku Cahaya akan mengalami proses reaksi kimia sehingga membuat buku mengalami kerusakan. Ujarnya
Lebih lanjut Eka menjelaskan bahwa Perpustakaan hrs ada ruang baca dan ruang koleksi. Untuk ruang koleksi sebaiknya lampu di buat otomatis seperti di jepang, misalnya jika ada orang menyala jika keluar mati secara otomatis.
Kemudian Eka menambahkan bahwa Kelembaban hubungannya dengan jamur yang akan merusak kertas, jamur mengundang serangga masuk ke dalam buku, kemudian serangga makan jamur dan kertas, pencegahannya buku di jilid plastik atau dimasukan ke dalam box. Untuk perawatan, buku dijilid ulang, bagaimana dengan cover yang rusak ? Proses perawatannya adalah dengan menambal cover atau menyambung, kegiatannya adalah melalui perbaikan atau laminasi dengan kertas tisu tipis seperti tisu. Bukan dengan plastik yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan orang.
Untuk koleksi antiquariat jaman Belanda ujarnya menambahkan, di Pustaka ada sekitar 3000an. Pada tahun 1903 kementan terbentuk. Banyak koleksi catatan buku bersejarah tersimpan di Pustaka.
Kemudian Eka pun Berbagi pengalaman preservasi konservasi koleksi Perpustakaan di Jepang dan Thailand. "Di Jepang, pewarnaan buku menggunakan pewarna alami. Mengambil warna dari alam dengan menggunakan daun-daun bewarna alami di blender kemudian cairannya digunakan sebagai pewarna. kemudian ia menambahkan untuk ruang koleksi Lemari tempat menyimpan koleksi sudah menggunakan sistem pergeseran digital". Tambahnya
Kemudian, tambahnya, "Buku menggunakan box seperti arsip disimpan di ruang penyimpanan khusus. Untuk di ruang baca dibiarkan terbuka, ruang penyimpanan koleksi sudah ada perangkap serangga. Buku - buku pun sudah dilindungi oleh plastik-plastik yang tidak asam tetapi basa, itu adalah cara melindungi buku dari kerusakan yang dilakukan di Jepang", ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut salah seorang peserta pengelola perpustakaan dari sekolah Perkumpulan Mandiri Menteng, Dame Inawati mengatakan bahwa ia sangat tertarik mengikuti workshop ini, ia mengaku sangat ingin mengetahui langkah langkah preservasi dan konservasi koleksi perpustakaan. "Workshop seperti ini masih jarang, kebetulan ada kesempatan di Pustaka ya langsung ikut". Ujarnya.