Masyarakat seringkali kesulitan memahami hasil penelitian yang diterbitkan dalam sebuah jurnal ilmiah. Bahasa yang digunakan biasanya terlalu kaku dan banyak istilah asing yang sulit dimengerti masyarakat awam. Akibatnya, banyak hasil penelitian ilmiah di lingkungan Kementerian Pertanian yang belum terinformasikan ke masyarakat. Untuk mengatasi kendala itu, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka), menyelenggarakan Workshop Penulisan Ilmiah Populer kepada para pengelola publikasi dan pustakawan. Dalam acara yang diselenggarakan pada 3-5 Oktober 2018 itu sebanyak 42 peserta dari 42 instansi di lingkungan Kementerian pertanian berlatih mengenal tulisan ilmiah populer. Para peserta juga memperoleh materi tentang teknik menulis berita, teknik liputan dan wawancara, penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan ilmiah populer, serta teknik menulis feature.
Dalam kegiatan yang digelar di Wisma Pertanian di Cipayung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu menghadirkan narasumber Ifan Muttaqien, Kepala Bidang Program dan Evaluasi Imam Wiguna (Redaktur Majalah Trubus), dan Sardi Duryatmo (redaktur, penulis, dan penyunting buku pertanian Majalah Trubus).
Abdul Basit berharap kegiatan workshop penulisan ilmiah populer dapat terus dilakukan. Pelatihan sebaiknya berulang kepada orang yang sama secara berkesinambungan hingga menjadi penulis profesional. Penulisan ilmiah populer membutuhkan pengalaman dan jam terbang agar menjadi lebih jago dalam menulis ilmiah populer, tutur Abdul Basit saat membuka workshop.
Abdul basit menambahkan, saat ini arus Informasi berlangsung sangat cepat. Oleh sebab itu Kementerian Pertanian berupaya mempercepat arus informasi mengenai kebijakan dan teknologi pertanian melalui Esselon I. "Kita harus berupaya untuk mengarahkan publik pada informasi positif terkait kebijakan teknologi pertanian. Publik harus peduli. Setelah peduli, publik akan terdorong melakukan kebijakan-kebijakan," ujarnya.*