Pelestarian koleksi perpustakaan merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan perpustakaan guna menyelamatkan informasi koleksi yang bisa hilang akibat kerusakan fisik. Kerusakan fisik koleksi perpustakaan misalnya kertas berlubang akibat rayap dan perubahan kertas menjadi hitam atau cokelat sehingga tulisan tidak terbaca. Pelestarian koleksi perpustakaan merupakan salah satu butir kegiatan yang bisa dikerjakan pustakawan dalam rangka memperoleh angka kredit untuk jabatan fungsional pustakawan. Selain itu, pustakawan diharapkan bisa melestarikan koleksi perpustakaan untuk meningkatkan kompetensinya dalam melakukan kegiatan kepustakawanan. Oleh karena itu dianggap perlu melakukan pelatihan pelestarian koleksi perpustakaan bagi pustakawan di PUSTAKA.
Bertempat di lantai 8b dan lantai 9b gedung Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) pada tanggal 18-19 April 2017 telah dilaksanakan pelatihan pelestarian koleksi perpustakaan bagi para pustakawan. Berperan sebagai narasumber yaitu Ir. Eka Kusmayadi, M.Hum selaku Pustakawan Madya yang bertugas di bagian pelestarian koleksi perpustakaan di PUSTAKA dibantu staff bagian pelestarian, Asep dan Fariz.
Kasubid Pengelolaan Sumber Daya Perpustakaan, Akhmad Syaikhu HS, S.Sos,MT memberikan sambutannya di awal pembukaan pelatihan dan berharap kegiatan seperti ini bisa berlanjut dalam rangka meningkatkan kompetensi pustakawan dan bisa mengisi kekosongan SDM yang mengerjakan pelestarian koleksi karena mencapai masa pensiun. Pelatihan pelestarian bahan pustaka seperti ini ke depan bisa dilaksanakan untuk cakupan lebih luas misalnya lingkup Kementerian Pertanian, ungkap Akhmad Syaikhu HS, S.Sos,MT saat membuka acara pelatihan ini.
Pelatihan terdiri dari dari dua kegiatan pelestarian, yaitu laminasi dan alih media digital. Pelatihan di awali dengan teori yang disampaikan oleh Ir. Eka Kusmayadi, M.Hum dilanjutkan praktek dengan dibantu staff bagian pelestarian. Kegiatan laminasi dilaksanakan pada hari pertama, Selasa 18 April 2017 pukul 13.00 WIB-15.30 WIB. Pustakawan yang mengikuti pelatihan laminasi sebanyak 5 (orang) orang yang terdiri dari 2 (dua) orang pustakawan keterampilan dan 3 (tiga) orang pustakawan keahlian. Narasumber menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan laminasi beserta alat dan bahan yang diperlukan
Laminasi yaitu proses melapisi kertas menggunakan tisue jepang yang bertujuan memperkuat kertas sehingga tidak mudah rapuh dan informasinya bisa terselamatkan. Bahan yang diperlukan dalam proses laminasi yaitu Kalium permanganat, Asam oksalat, lem CMC, Magnesium hidroksida, Aquades dan tabung berisi karbondioksida. Kalium permanganat berfungsi mengangkat kotoran dari kertas, Asam oksalat berfungsi memutihkan kertas sehingga tulisan terbaca lebih jelas. Magnesium hidroksida yang dicampur karbondioksida akan membentuk air kapur yang berfungsi meningkatkan kadar pH kertas sehingga tidak mudak teroksidasi (tidak mudah rusak).
Kegiatan laminasi dimulai dengan identifikasi koleksi perpustakaan, yaitu usia koleksi buku minimal 50 tahun. Apabila tidak segera dilakukan laminasi maka kertas bisa cepat rapuh dan informasinya akan hilang. Selain itu buku yang dilaminasi merupakan hasil cetakan penerbit sehingga tintanya tidak luntur pada proses perendeman. Untuk koleksi yang ditulis tangan (manuskrip) tidak boleh dilaminasi karena tinta akan luntur akibat perendaman. Tahap berikutnya menyiapkan larutan dengan bahan yang tersedia yaitu Kalium permanganat 20 gr/ 10 liter aquades, Asam oksalat 20 gr/10 liter air, Magnesium hidroksida 20 gr/10 liter air yang ditambahkan gas karbondioksida dari tabungnya (menghasilkan air kapur). Apabila ketiga larutan tersebut sudah disiapkan berikutnya buku yang akan dilaminasi ditulisi halaman dipojok kiri atas dengan nomor ganjil menggunakan pensil tujuannya agar mudah mengurutkan kertas apabila akan dijilid lagi. Berikutnya jilidan buku dilepas menjadi per halaman kertas, disusun beberapa lapis dengan pembatas (screen) agas kertas tidak saling menempel ketika direndam. Selain larutan perendaman disiapkan juga larutan lem CMC untuk diaplikasikan pada kertas yang dilapisi tissue jepang.
Kertas yang sudah siap direndam dalam larutan, sebelumnya direndam dahulu dalam air kran untuk membantu menghilangkan debu yang menempel, berikutnya direndam dalam larutan Kalium permanganat selama 5-10 menit untuk menghilangkan kotoran yang menempel, angkat bilas dulu menggunakan air kran. Selanjutnya direndam dalam larutan Asam oksalat selama 5-10 menit untuk memutihkan kertas, sehingga tulisan lebih terbaca. Saat perendaman bisa sambil dibalik agar hasilnya merata, kemudian angkat dan bilas menggunakan air kran. Tahap terakhir direndam dalam air kapur selama 5-10 menit setelah itu bilas dengan air kran. Berikutnya tiriskan agar air yang menetes berkurang dan jemur dalam rak pengeringan per lembar kertas sampai kering. Penjemuran tidak boleh dibawah sinar matahari langsung, cukup diangin-anginkan menggunakan kipas. Biasanya membutuhkan waktu sekitar satu hari.
Setelah kertasnya kering, disiapkan tissue jepang yang sudah dipotong sesuai ukuruan kertas (dilebihkan sekitar 1 cm pada setiap sisi kertas) dan larutan lem CMC yang sudah disiapkan sebelumnya. Kertas yang siap dilaminasi ditempatkan di atas media kaca, kemudian diletakkan tissue jepang diatasnya dan mulai diaplikasikan lem CMC sampai merata dan menempel pada kertas. Tahap terakhir yaitu penjemuran pada rak pengering dengan cara diangin-anginkan. Apabila proses laminasi telah selesai, kertas yang sudah dilaminasi di susun dan dijilid kembali.
Hari kedua diisi dengan pelatihan alih media digital, yaitu mengalihkan informasi tercetak dalam format digital sehingga apabila fisik buku rusak, maka informasinya sudah diselamatkan. Pelatihan alih media digital ini dilaksanakan pada hari kedua, Rabu 19 April 2017 dan ikuti oleh 13 orang pustakawan yang terdiri dari 3 orang pustakawan keterampilan dan 10 orang pustakawan keahlian.
Kegitan alih media digital dimulai dengan proses identifikasi koleksi yang akan di alih mediakan. Kriteria koleksi yang perlu di alihmedia digital yaitu antiquariat (koleksi dengan usia diatas 50 tahun atau terbitan tahun 1964 ke bawah) dan Indonesiana (koleksi tentang Indonesia). Setelah mendapatkan koleksi yang akan di alih media digitalkan, proses yang dilakukan yaitu melakukan scanning (dalam format JPG) kemudian ditransfer dalam format PDF. Dalam proses scanning menggunakan kamera hal pertama yang penting dilakukan yaitu melakukan setting kamera agar gambar yang dihasilkan jelas.
Apabila format PDF sudah selesai, selanjutnya pemberian watermark untuk menunjukkan kepemilikan koleksi (identitas instansi), kemudian dibuat dalam format flipping book sehingga memudahkan pengguna dalam membaca informasi. Proses terakhir dalam alih media digital yaitu penyimpanan dalam DVD. Satu DVD biasanya bisa memuat 6 (enam) judul buku. Koleksi yang sudah dialih mediakan dalam bentuk DVD selanjutnya diinput ke dalam database Slim, sehingga akan memudahkan dalam temu kembali.
Peserta cukup antusias dalam mengikuti pelatihan pelestarian bahan pustaka. Berikutnya akan dibentuk tim pelestarian untuk membantu menyelesaikan target pelestarian bahan perpustakaan di PUSTAKA. Peserta berharap ada pendalaman kembali mengenai pelatihan ini, sehingga nantinya bisa lebih terampil dalam mengerjakan pelestarian koleksi perpustakaan.