Literasi Informasi bagi penyuluh sebagai sebagai jembatan ilmu pengetahuan bagi petani. Penyuluh mempunyai peran penting bagi petani dalam pendampingan pengelolaan usaha taninya. Peran penyuluh adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian.Oleh karena itu bekal informasi ilmu pengetahuan tentang pertanian dan teknologinya kepada penyuluh sangat penting untuk diberikan. Selama ini penyuluh mendapatkan transfer ilmu pengetahuan bisa melalui peneliti pertanian secara langsung. Akan tetapi dengan keterbatasan waktu tatap muka antara peneliti dan penyuluh mengakibatkan lambannya penyampaian informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian terbaru.
Melihat kondisi tersebut, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA,Kementerian Pertanian) melalui peran Pustakawan berinisiatif memfasilitasi penyuluh pertanian di Kabupaten Bogor dalam program literasi informasi. Literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan, menentukan, mengevaluasi serta menggunakan informasi secara cepat dan efektif. Melalui program literasi informasi ini penyuluh diberikan pembekalan untuk mengetahui kebutuhan informasi, menentukan, mengevaluasi serta bagaimana menggunakan informasi tersebut dalam kegiatan penyuluhan.
Pada umumnya kegiatan literasi informasi diadakan di perpustakaan sebagai salah satu bentuk layanan kepada pemustakanya. Akan tetapi berbeda dengan yang dilakukan PUSTAKA saat ini, yaitu dengan mendatangi langsung penggunanya. Hal ini terkait karakteristik pengguna di PUSTAKA (yang merupakan perpustakaan khusus pertanian) berbeda dengan perpustakaan lain pada umumnya. Hal yang membedakan yaitu tingginya mobilitas pengguna perpustakaan di PUSTAKA sehingga tidak memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk bisa datang langsung menerima literasi informasi di perpustakaan.
Kegiatan literasi informasi di laksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (BP3K) di masing-masing kecamatan Kabupaten Bogor. Dipilihnya Kabupaten Bogor sebagai sasaran bimbingan literasi informasi karena posisinya mudah dijangkau dari PUSTAKA dan jumlah penyuluhnya cukup banyak. Selama bulan April-Mei telah dilakukan kegiatan literasi informasi sebanyak 5 (lima) kali di BP3K yang berbeda. Berikutnya bulan Juni kegiatan literasi informasi akan dilakukan di 3 (tiga) BP3K lagi. Berikut kebutuhan informasi, menentukan, mengevaluasi serta bagaimana menggunakan informasi tersebut dalam kegiatan penyuluhan.
Pada umumnya kegiatan literasi informasi diadakan di perpustakaan sebagai salah satu bentuk layanan kepada pemustakanya. Akan tetapi berbeda dengan yang dilakukan PUSTAKA saat ini, yaitu dengan mendatangi langsung penggunanya. Hal ini terkait karakteristik pengguna di PUSTAKA (yang merupakan perpustakaan khusus pertanian) berbeda dengan perpustakaan lain pada umumnya. Hal yang membedakan yaitu tingginya mobilitas pengguna perpustakaan di PUSTAKA sehingga tidak memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk bisa datang langsung menerima literasi informasi di perpustakaan.
Kegiatan literasi informasi di laksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Kehutanan (BP3K) di masing-masing kecamatan Kabupaten Bogor. Dipilihnya Kabupaten Bogor sebagai sasaran bimbingan literasi informasi karena posisinya mudah dijangkau dari PUSTAKA dan jumlah penyuluhnya cukup banyak. Selama bulan April-Mei telah dilakukan kegiatan literasi informasi sebanyak 5 (lima) kali di BP3K yang berbeda. Berikutnya bulan Juni kegiatan literasi informasi akan dilakukan di 3 (tiga) BP3K lagi. Berikut daftar BP3K yang telah diberikan bimbingan literasi informasi oleh Pustakawan PUSTAKA selama bulan April sampai dengan awal Juni 2016.
Penyuluh yang mendapatkan bimbingan literasi informasi di BP3K terdiri dari penyuluh pertanian,perikanan,peternakan dan kehutanan. Masing-masing BP3K memilki jumlah penyuluh berbeda, yaitu berada antara kisaran 11-28 orang. Peserta bimbingan literasi informasi yaitu penyuluh yang wilayah kerjanya di BP3K tersebut.
Dalam kegiatan ini, penyuluh dijelaskan pentingnya literasi informasi untuk kegiatan penyuluhan. Selanjutnya diberikan pengetahuan tentang berbagai sumber informasi pertanian yang dapat diakses penyuluh. Bagaimana mengakses informasi yang diperlukan agar mendapatkan informasi yang tepat dan bagaimana cara menggunakan atau menyajikan informasi tersebut merupakan materi yang utama dalam kegiatan literasi informasi ini.
Para penyuluh sangat antusias menerima bimbingan literasi informasi dari Pustakawan PUSTAKA. Mereka berharap kegiatan literasi informasi bisa berkelanjutan ke depannya. Dengan adanya literasi informasi ini berarti juga telah terjalin komunikasi antara penyuluh dan pustakawan, sehingga apabila penyuluh membutuhkan bantuan dalam penelusuran informasi bisa segera menghubungi pustakawan PUSTAKA. Melalui kegiatan literasi informasi seperti ini diharapkan bisa membuka jalan bagi penyuluh agar lebih terbuka wawasannya dalam mengakses informasi, sehingga transfer ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian kepada para petani akan lebih cepat. Dengan demikian kegiatan literasi informasi pada dasarnya akan mendukung pembangunan pertanian di Indonesia. (Eni Kustanti)