Colocasia esculenta atau dikenal dengan “talas”, merupakan salah satu tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan dan dimanfaatkan di kalangan masyarakat Indonesia. Tanaman talas terbagi menjadi dua jenis, yaitu Colocasia esculenta var. esculenta dan Colocasia esculenta var. Antiquorum. Kedua jenis talas tersebut berasal dari kawasan tropis Asia Selatan dan Tenggara, termasuk Indonesia. Jenis esculenta mempunyai umbi tunggal, sedangkan jenis antiquorum atau dikenal dengan talas Jepang, memiliki umbi induk dan umbi-umbi cabang, seperti umbi kimpul atau balitung (Xanthosoma spp.).
Beberapa kultivar talas yang berkembang di Indonesia adalah kultivar-kultivar yang berkembang di sekitar Bogor (Jawa Barat), yaitu: talas Bentul, Ketan, Pandan, Sutera, dan Lampung. Ivancic et al. (2008) mengungkapkan bahwa terdapat lebih dari 180 kultivar talas yang dapat dibedakan secara morfotipe, dan 20 kultivar yang telah diidentifikasi berpotensi dimanfaatkan pada program pemuliaan talas.
Balitkabi sebagai balai penelitian yang mendapatkan mandat pada komoditas aneka kacang dan umbi, memiliki koleksi plasma nutfah Colocasia esculenta sebanyak 77 aksesi dari berbagai daerah di Indonesia dan telah dikarakterisasi morfologinya pada tahun 2015-2016 (Tabel 1). Batang dan tangkai daun didominasi warna hijau (70%), diikuti warna ungu dan beberapa warna lainnya (hijau lorek, kuning, dan merah), dan seluruh aksesi memiliki daun berwarna hijau.
Talas berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai bahan baku pangan dan industri di Indonesia serta berpeluang untuk diekspor ke Jepang (Sutardjo 2012). Talas memiliki kandungan karbohidrat tinggi, protein, mineral, vitamin, mengandung granula pati rendah dan mudah dicerna, sehingga baik untuk kesehatan pencernaan dan aman dikonsumsi oleh balita. Protein kolagen talas juga baik untuk kesehatan kulit, sehingga sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kosmetik (Temesgen dan Retta 2015; Fitriani et al. 2016).
Potensi Talas (Colocasia esculenta)
Potensi Pangan Olahan
keripik dan stik talas. tepung.
Tepung talas dapat menjadi cake, bakpao, cookies, kue-kue, bakso lainnya.
Potensi Pangan Funsional
Ekstrak tepung talas mengandung bioaktif polisakarida larut air (PLA) DP4 72,35%dan DP5 HPLC 87,98% mengatasi penyakit degeneratif
Potensi Industri
Pati talas potensial sebagai sumber pati industri, mengandung 13–29% pati, kadar air 63–85%, dan beberapa residu seperti riboflavin, vitamin C, abu,
Pati talas mempunyai kemampuan mengembang dan viskositas yang tinggi serta dapat membentuk struktur gel halus karena ukuran granul yang kecil
Kandungan karbohidrat talas cukup tinggi, sehingga talas sangat berpotensi sebagai salah satu alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol. Sadimo et al. (2016) melaporkan bahwa pati umbi talas yang menghasilkan kadar gula tertinggi diperoleh pada penggunaan rasio asam klorida 15% pati umbi talas 10:1 atas dasar v/b, dengan kadar gula yang diperoleh sebesar 0,651%. Lama waktu hidrolisis untuk menghasilkan kadar gula tertinggi adalah 2,5 jam dengan hasil nilai kadar gula sebesar 0,653%. Hasil penelitian lainnya menunjukkan kadar bioetanol yang dihasilkan pada fermentasi pati umbi talas menggunakan ragi roti selama 5 hari sebesar 7,716%.
Umbi talas Jepang mengandung senyawa polifenol, vitamin C, vitamin A, monogliserida, besi, tanin, saponin, dan kolagen. Kandungan kolagen berpotensi sebagai anti-aging, digunakan untuk pembuatan kosmetik dan sabun kecantikan, yang mana saat ini mulai banyak menarik perhatian para peneliti untuk mengembangkan formulasi berupa mikroemulsi untuk meningkatkan kemampuan penetrasi ke dalam kulit (Athiyah 2015 dan Nurbaya et al. 2019).