Menurunnya jumlah petani, degradasi dan alih fungsi lahan pertanian mengancam keberlanjutan masa depan pertanian, lantas bagaimana mengatasinya? Salah satu upayanya yaitu membangun konsep pertanian terpadu dan berkelanjutan. Bagaimana strategi konsep tersebut dibangun? Melalui virtual literacy, Live Agricultural in Action Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (PUSTAKA) melakukan konsep pertanian terpadu dan berkelanjutan pada 15 Agustus 2023 di ruang Oviral Room PUSTAKA.
Virtual literacy disebarluaskan melalui zoom dan kanal youtube PUSTAKA. Narasumber yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut yaitu Andi Muhamad Idil Fitri dari Direktorat Jendral Hortikultura, Putro Saputro ketua saga farm, dan sebagai moderator Dr. Bambang Winarko.
Dalam sambutannya Muchlis, kepala pustaka berharap dengan adanya virtual literacy ini dapat menambah wawasan dan menginspirasi para penyuluh dan petani untuk kedepan bisa menerapkan teknologi yang diperkenalkan atau ditunjukan pada kesempatan kali ini.
Selanjutnya Muchlis berharap pengetahuan yang didapat dari virtual literasi akan memudahkan petani dan instansi terkait dalam mengimplementasikan pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern.
“Seperti kita ketahui bahwa pertanian terpadu itu merupakan sistem integrasi pertanian yang menggabungkan beberapa sektor lainnya, baik perkebunan, peternakan dan kehutanan sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas konservasi lahan dan lingkungan,” ungkapnya.
“Mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada, dimana output menjadi input budidaya, merupakan stategi terbaik mengatasi kelangkaan sumber daya pertanian. Modal, pupuk, pestisida merupakan untuk meningkatkan produksi agar dapat mencukupi kebutuhan pangan yang terus meningkat.” tambahnya
Putro Santoso, pemilik saga farm yang hadir sebagai narasumber mengatakan bahwa pertanian terpadu dan berkelanjutan merupakan keberlanjutan ekologi, dimana ada upaya pencegahan degradasi sumber daya alam, tanah dan air serta menimimumkan dampak limbah terhadap lingkungan.
Selanjutnya Putro menjelaskan bahwa hal yang tidak kalah penting adalah keberlanjutan ekonomi dimana seorang petani dituntut untuk dapat mengefisiensika tenaga kerja, sarana produksi, serta perencanaan yang baik, seperti melakukan pola tanam, penggunaan teknologi dan kepastian pasar.
Putro menceritakan mengapa dirinya tertarik untuk menekuni sistem pertanian terpadu dan berkelanjutan, karena ia merasa menjadi petani harus melalui proses perencanaan jangka panjang (berkelanjutan).
Menurutnya petani yang menggunakan asupan pupuk dan pestisida kimia,tanpa memberi unsur organik akan merusak tanah di masa depan. Untuk itulah ia bertekad harus bisa mengembalikan tanah kritis itu menjadi tanah yang layak tanam.
Selanjutnya Andi Muhamad Aidil Fitri dari Direktorat Jenderal Hortikultura mengatakan bahwa semakin hari petani-petani milenial sudah mulai bermunculan. Banyak contoh terbaik dari beberapa kaum milenial yang sukses berkecimpung dibidang hortikultura banyak yang tergolong sukses
Jadi apa yang dilakukan pemerintah saat ini untuk terus mendorong petani milenial sebaiknya berkolaborasi dengan satker-satker Kementan seperti Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) agar mendapat pendidikan-pendidikan terkait dengan pengembangan dan inovasi pertanian.
Pertanian terpadu dan berkelanjutan yang dibangun Kementerian Pertanian berkolaborasi dengan para stakeholder diharapkan dpat membawa dampak positif yang sangat signifikan bagi kelangsungan pertanian di masa depan. Menjadi peran PUSTAKA untuk terus menginformasikan dan menyebarkan kepada masyarakat praktik-praktik terbaik implementasi konsep pertanian terpadu dan berkelanjutan.