Gulma yang dijumpai pada pertanaman kebun meliputi gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun sempit antara lain tuton (Echinochloa), teki (Cynodon dactylon), Leptochloa chinensis, Panicum repens, dan Cyperus rotundus. Pada pertanaman tebu lahan sawah, gulma dapat menyebabkan penurunan bobot tebu sampai 53%, sedangkan di lahan tegal penurunannya berkisar antara 22-45%.
Prinsip pengendalian gulma ialah tidak perlu sampai bersih, sekitar 15% penutupan gulma masih dapat ditoleransi tanaman Pengendalian gulma sampai bersih justru kurang efektif karena gulma penghasil nektar yang berfungsi sebagai inang parasitoid dan predator hama akan hilang Pengendalian gulma difokuskan pada saat tanaman tebu berumur 3-4 bulan karena tanaman tebu yang telah berumur lebih dari 4 bulan sudah mampu bersaing dengan gulma.
Gangguan gulma di kebun tebu dapat menurunkan produktivitas. Pengendalian gulma lebih dianjurkan melalui cara budi daya dan mekanis, serta secara kimiawi. Setiap pengendalian mempunyai cara masing-masing bila secara budi daya, Pengolahan tanah sampai gembur dengan kedalaman minimal 50 cm, Pengaturan drainase untuk mempermudah penanganan gulma, Tumpang sari tebu dengan tanaman palawija, Pengaturan kerapatan atau jarak tanam menjadi lebih sempit, Penutupan lahan dengan mulsa atau klaras tebu. Secara Mekanis, Pengendalian gulma secara mekanis dapat dilakukan secara manual dengan tangan maupun dengan alat dan mesin. Dan Secara Kimiawi, dilakukan apabila cara budi daya dan mekanis tidak mampu mengendalikan gulma.
Informasi ini merupakan salah satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian >> Vol.37 No.2 Th. 2015.