Salak si hitam manis yang kian digemari masyarakat, selain rasanya manis juga kandungan gizinya tinggi. Biasanya salak dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Namun seperti buah-buahan lainnya, salak mempunyai sifat mudah rusak/busuk.
Untuk menghindari kerusakan dan menunda kebusukan perlu dilakukan teknologi pasca panen. Dengan penanganan pasca panen yang baik, mutu buah segar dapat terjaga dan kehilangan hasil dapat ditekan.
Umur Panen:
Lakukan panen pada usia pemasakan yang tepat, karena apabila terlalu cepat mengakibatkan buah kecil, aroma buah yang tidak kuat dan kurangnya rasa manis pada buah. Begitu juga apabila terlalu lama di panen akan mengurangi rasa manis dan menyebabkan kerontokan pada buah, jadi penentuan waktu panen tergantung jenis varietas salaknya.
Tanda-tanda siap panen:
Kulit buah mengkilap dan susunan sisiknya lebih renggang
Cara panen:
Memotong tandan buah yang sudah matang dengan mengunakan sabit tajam atau gergaji, selanjutnya buag dimasukkan kedalam wadah keranjang bambu atau peti yang sudah di beri alas dedaunan dan jangan dilempar atau ditumpuk terlalu banyak. Pisahkan buah yang bagus dan yang jelek (cacat, rusak atau busuk), lakukan pembersihan buah salak dari kotoran searah susunan sisik salak.
Saat pengemasan untuk di kirim ke daerah jauh (ekspor) perlu menggunakan keranjang bambu berkapasitas 5,10 atau 20 kg atau boleh menggunakan peti kayu atau karton yang berkorgurasi dan berilah lapisan emulsi lilin pada permukaannya. Untuk mempertahankan kualitas salak dapat dilakukan penyimpanan pada suhu 10-12 C
Sumber: Puslitbang Hortikultura, 1995,
Teknologi Produksi salak. Deptan Jakarta
Link terkait
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/14596/pascapanensalak.PDF?sequence=1&isAllowed=y