Bogor, 4 Mei 2025 – Museum Tanah dan Pertanian menjadi saksi semangat para penyuluh, mahasiswa Polbantan, dan petani dalam kegiatan “Ngobras On the Spot” yang digelar pada Minggu, 4 Mei 2025, dengan tema “Brigade Pangan Garda Terdepan Menuju Swasembada Pangan.” Acara ini juga disiarkan secara daring melalui Zoom dan dipandu oleh host Nadya dan Ajie.
Hadir sebagai narasumber utama, Kepala Badan PPSDMP Kementerian Pertanian, Dr. Idha Widi Arsanti, SP, MP, menekankan pentingnya peran penyuluh dan generasi muda dalam mendukung program swasembada pangan melalui optimalisasi lahan rawa. “Museum Tanah ini satu-satunya di dunia, sangat lengkap dan strategis, berada dekat Kebun Raya Bogor, menjadi tempat yang tepat untuk membicarakan masa depan pertanian Indonesia,” ujarnya.
Idha menjelaskan, program Gerakan Penyuluh Mendorong LTT (Galuh LTT) menargetkan pendampingan intensif kepada brigade pangan di 12 provinsi yang menjadi sasaran program optimasi lahan rawa. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan indeks pertanaman dari IP100 menjadi IP200 bahkan IP300. Melalui gerakan ini, 1.799 brigade pangan digerakkan untuk mengelola lahan secara efisien dengan luas rata-rata 200 hektar, dengan sistem kontrak kerja sama hingga lima tahun.
“Dengan optimasi, kita bisa melipatgandakan lahan dari 350 ribu hektar menjadi 700 ribu, bahkan 1 juta hektar. Ini upaya kita untuk mewujudkan kedaulatan pangan,” tegas Idha. Ia juga menyoroti peran penyuluh dalam mendampingi brigade pangan, tidak hanya di lapangan, tapi juga dalam pemantauan dan pelaporan melalui aplikasi Monev Brigade Pangan. Penyuluh yang aktif dan konsisten akan memperoleh insentif penuh.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, Dr. Tedy Dirhamsyah, SP, M.AB, menegaskan bahwa penyuluh adalah ujung tombak pertanian, layaknya dokter bagi petani. “Penyuluh harus dekat dengan petani, mendampingi dalam penggunaan teknologi seperti alsintan dan varietas baru, serta membantu konsolidasi brigade pangan dengan kelompok tani dan gapoktan untuk meningkatkan produktivitas,” katanya.
Tedy juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah menetapkan harga gabah kering panen sebesar Rp6.500 per kilogram, yang menjamin keuntungan bagi petani. “Dengan harga itu, tidak ada lagi petani yang miskin. Kita tinggal konsisten dan sabar. Bahagia akan datang pada waktunya,” tambahnya.
Para manajer brigade pangan dari berbagai daerah seperti Sulawesi Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Papua Selatan, dan Jambi turut hadir dan berbagi cerita sukses mereka. Mereka menyampaikan bahwa petani telah merasakan manfaat nyata dari program ini, mulai dari akses alat dan mesin pertanian, permodalan melalui KUR, hingga meningkatnya pendapatan berkat pendampingan intensif dari penyuluh.
Penyuluh pendamping brigade pangan menyampaikan bahwa meskipun tantangan masih ada, terutama dalam kesenjangan kapasitas petani, namun keberadaan brigade pangan terbukti membantu petani muda mengelola lahan dengan lebih efektif. Program ini juga telah menghasilkan duta-duta brigade pangan inspiratif, bahkan ada yang berhasil mencapai omzet hingga Rp400 juta.
Sebagai penutup, Kepala Badan PPSDMP menekankan pentingnya modernisasi pertanian, tidak hanya dari sisi teknologi, tapi juga kelembagaan dan manajemen. "Bertani harus menjadi menarik dan menguntungkan, dengan dukungan penuh dari penyuluh, alsintan yang user-friendly, serta pendampingan berkelanjutan," pungkas Idha.
Kegiatan Ngobras ini menjadi momentum penting memperkuat sinergi penyuluh, petani, dan generasi muda dalam mendorong pertanian maju, mandiri, dan modern menuju swasembada pangan. (Sumber : EDP/PP)