BOYOLALI Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke gelaran teknologi di Hari Pangan Sedunia ke-36 di Boyolali, Jawa Tengah. Pada kesempatan ini Presiden memberi nama NASA 29 untuk jagung bertongkol ganda hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
NASA 29, yang memiliki potensi hasil sampai 13 ton/ha, adalah singkatan dari Nakula dan Sadewa. Adapun angka 29 diambil dari tanggal 29 saat diresmikannya nama tersebut.
"Namanya sudah saya namai karena satu batang dua tongkol, sehingga sudah satu Nakula, satu Sadewa. Disingkat NASA 29", ujar Presiden, Sabtu (29/10/2016) kemarin.
Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa benih dengan kualitas terbaik merupakan kunci utama untuk meningkatkan produksi bahan pangan, terutama komoditas padi dan jagung.
"Ini menjadi kunci nantinya kita swasembada, kuncinya di benih, dengan hektar yang sama tapi hasilnya bisa dobel," kata Presiden.
Dengan luas lahan yang sama, produksi padi dan jagung dapat ditingkatkan dua kali lipat. "Tadi 1 hektar biasanya 5 sampai 6 ton, tadi bisa 11,3 ton padinya, sekarang jagung juga sama biasanya 5 sampai 6 ton juga, sekarang juga bisa 11 ton dan punya potensi ke 13 ton," lanjut Presiden.
Presiden juga mengatakan bahwa pengairan dan mekanisasi panen-tanam, yaitu penanaman kembali pasca panen juga tak kalah penting untuk mewujudkan swasembada jagung. Untuk itu, di tahun 2017, Presiden akan berkonsentrasi membangun waduk-waduk berukuran kecil untuk mengairi embung di sekitar lahan tanam.
"Tahun depan konsentrasi di embung, artinya waduk-waduk kecil yang bisa mengairi di sekitar embung itu," kata Presiden.
Diungkapkan Presiden, target tahun 2018 jagung sudah tidak impor sama sekali. Untuk itu secara bertahap impor jagung akan diturunkan.
"Padi tahun ini nggak impor jadi tahun depan sudah produksi terus, jagung 2018 sudah nggak impor, padahal sebelumnya tiap tahun naik 5 persen impor," kata Presiden