Sebagai upaya mengurangi degradasi lahan gambut, emisi gas rumah kaca (GRK), dan kebakaran hutan gambut, Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan Bappenas dan didanai oleh Indonesia Climate Change Trust Funds (ICCTF), membuat demplot pengelolaan lahan gambut di Desa Jabiren Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah. Hasilnya menunjukkan emisi GRK dapat diturunkan, lahan menjadi lebih produktif dan terhindar dari kebakaran. Kegiatan dimulai pada akhir 2010 dengan luas area demplot 5 ha dan kedalaman gambut 5-7 m. Lokasi telah ditanami karet rakyat sejak tahun 2006. Pada tahun berikutnya, dimulai penanaman tanaman sela padi ladang di antara karet, dilanjutkan dengan jagung, dan terakhir nenas yang berlangsung hingga Agustus 2014.
Pertama, menghindari kebakaran lahan karena kebun terawat dan terjaga dan semak belukar yang menjadi bahan bakar terjadinya kebakaran sudah dibersihkan. Kedua, meningkatkan kunjungan petani ke kebun untuk memelihara tanaman sela. Hal ini secara tidak langsung memberikan andil dalam pengawasan kebun dari bahaya kebakaran. Ketiga, memberikan nilai ekonomis selama karet belum berproduksi. Terakhir, meningkatkan serapan karbon. Dari tiga jenis tanaman sela yang diuji coba, nenas lebih mudah dikelola dan memberikan nilai tambah paling tinggi. Tanaman ini juga adaptif terhadap lingkungan kebun karet yang memiliki naungan dan penyinaran matahari terbatas.
Pemberian Amelioran, Tanaman karet diberi empat perlakuan amelioran, yaitu Pugam A, Pugam T, pupuk kandang ayam, tanah mineral, dan kontrol. Pengelolaan Air, Lahan gambut yang merupakan ekosistem rawa memiliki kendala air yang berlebihan. Pencegahan Kebakaran, Kebakaran merupakan salah satu bahaya terbesar di lahan gambut pada musim kemarau. Sukses mengelola demplot ICCTF di Jabiren membuat Gubernur Kalimantan Tengah meminta perluasan model pengelolaan lahan gambut berkelanjutan. Demplot yang semula 5 ha diperluas hingga 100 ha dengan memberdayakan masyarakat dalam menggunakan inovasi teknologi yang dihasilkan demplot.
Model pemberdayaan diawali dengan sosialisasi kegiatan, pemilihan penerima manfaat, pelatihan petani, pendampingan petani, pembersihan kebun dari semak belukar, penanaman tanaman sela nenas, pemberian amelioran, dan pembangunan pintu air bertingkat (empat tingkat). Kegiatan ini telah memberikan banyak inspirasi bagi pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di tingkat nasional dan internasional.
Informasi ini merupakan salah satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian >> Vol.36 No.6 Th. 2014.