Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi dan produktivitas, sebagian besar petani lebih suka memberikan pupuk kimia karena dinilai lebih cepat, namun ternyata ada beberapa dampak negarif yang ditimbulkan diantaranya menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak karena residu pupuk kimia yang tertinggal di dalam tanah, Salah satu alternatif dalam mensiasati masalah tersebut adalah dengan pemanfaatan mikroorganisme tanah yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati dan pupuk Organik.
Mikroba sebagai pupuk hayati dengan kandungan bioaktif yang dimilikinya dapat berperan sebagai penyubur tanah dengan berbagai keunggulan diantaranya adalah menyuburkan tanah dan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman, menstimulasi sistim perakaran agar berkembang sempurna, memacu nutrisi jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, kuncup, bunga dan stalon, sebagai metabolit pengatur tumbuh, melindungi dari gangguan hama penyakit. Kelompok mikroba sebagai agensia hayati yang banyak digunakan dalam pupuk hayati adalah Azotobacter Sp, Lactobacillus Sp, Alkaligenes sp, Rhizobium Sp, Pseudomonas Sp dan Bakteri Endofitik seperti Ovhrobactrum pseudogrignonense. Azospirillum, Penicillium Sp
Mikroba berfungsi sebagai bioaktivator yang dapat mengoptimalkan kandungan dalam limbah bahan organik dengan cara merombaknya dalam waktu yang relative singkat menjadi hara yang sederhana yang dapat diserap oleh tanaman. Kelompok Mikroorganisme sebagai agensia hayati yang banyak digunakan sebagai perombak bahan organic adalahTrichoderma reesei, T. harzianum, T. koningii, Phanerochaeta crysosporium, Cellulomonas, Pseudomonas, Thermospora, Aspergillus niger, A. terreus, Penicillium, dan Streptomyces. (Sumber Kementerian Pertanian:Balitbangtan)
info terkait
http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=696
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita-terbaru-topmenu-58/815-pandang