Di Indonesia, jagung ketan ditemukan di beberapa wilayah. Aksesi-aksesi jagung ketan ini dapat dieksploitasi sifat unggulnya dalam upaya merakit varietas unggul jagung ketan. Jagung ketan atau jagung pulut memiliki multi-fungsi. Krisis pangan pada masa Perang Dunia II terbantu oleh jagung ketan yang saat itu menjadi tanaman substitusi bersama ubi kayu. Jagung ketan berbeda dengan jenis jagung lainnya dalam hal proporsi patinya. Biji jagung ketan lebih dominan mengandung amilopektin, sejenis polisakarida pembentuk pati yang memberi sifat viskositas tinggi, mudah dicerna, mempunyai transmisi cahaya yang baik, dan retrogradesrendah.
Jagung ketan ditemukan di Tiongkok pada awal tahun 1900 dengan karakter endosperm seperti lilin (waxy). Di Korea, sekitar lima tahun terakhir, preferensi konsumen terhadap jagung ketan cenderung meningkat. Daya cerna pati jagung ketan lebih rendah disbanding jagung non-ketan. Oleh karena itu, jagung ketan cocok bagi penderita diabetes yang memerlukan pangan karbohidrat yang tidak tercerna sempurna menjadi glukosa.
Pada tahun 2013, Badan Litbang Pertanian menghasilkan dua varietas unggul jagung ketan/pulut, yaitu Pulut URI-1 dan Pulut URI-2. Kedua jagung ketan tersebut lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri marning. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, jagung ketan juga berpeluang diekspor dalam bentuk jagung panen muda, seperti halnya jagung manis. Informasi ini dimuat pada artikel Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian >> Vol.37 No.4 Th. 2015. Artikel tersebut dapat diakses secara gratis di situs web Pustaka.