Muhammad Fadly Suhendra dari LSP Penerbitan, menyoroti pentingnya peran literasi pertanian dalam mengembangkan sektor pertanian yang berkelanjutan. Hal itu terungkap dalam “Talkshow Dua Tahun Pertanian Press dan Penghargaan Pertanian Press” pada “Festival Literasi Pertanian dalam Rangka Hari Kunjung Perpustakaan 2024” yang digelar pada 25 September 2024.
Menurut Fadly, literasi pertanian tidak hanya mencakup pengetahuan umum tentang pertanian, juga pemahaman mendalam tentang aspek ekonomi, sosial, dan teknologi dari industri pertanian. Ia juga menekankan pentingnya evaluasi program, kurikulum pendidikan pertanian, serta pengembangan instrumen untuk mengukur literasi pertanian di berbagai negara, termasuk Indonesia, Afrika, Australia, China, dan Inggris Raya.
Fadly menegaskan bahwa literasi pertanian dapat ditingkatkan melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan tersebut dapat menjembatani kesenjangan pengetahuan, mengatasi persepsi negatif tentang sektor pertanian, dan mendorong partisipasi tenaga kerja muda. Menurut hasil penelitian, literasi pertanian tidak hanya diperoleh di sekolah, tetapi juga melalui pengalaman langsung, interaksi sosial, dan sumber-sumber informasi seperti media tradisional maupun digital.
“Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah adanya kesalahpahaman atau kurangnya pengetahuan tentang industri pertanian, bahkan di kalangan masyarakat yang memiliki hubungan dengan bisnis pertanian. Oleh karena itu, pengembangan literasi pertanian sejak dini di sekolah menjadi penting untuk memperluas pemahaman anak-anak tentang proses produksi pertanian dan dampaknya terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hal ini diharapkan dapat membantu mengatasi stereotip negatif dan menarik minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian di masa depan,” ungkapnya.
Fadly juga menekankan bahwa literasi pertanian lebih dari sekadar membaca dan menulis. Menurutnya, literasi pertanian bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup pemahaman mendalam tentang praktik pertanian, teknologi baru, dan sistem informasi yang berkontribusi terhadap peningkatan produktivitas dan keberlanjutan.
“Literasi yang baik di kalangan petani akan mendorong inovasi, efisiensi, serta praktik pertanian berkelanjutan yang mendukung ketahanan pangan nasional,” ungkap Fadli.
Dalam meningkatkan literasi pertanian, akses Informasi yang terbuka sangat penting Fadly menyoroti peran publikasi terbuka yang menjamin akses gratis terhadap informasi bagi semua kalangan, terutama bagi petani di daerah yang mungkin tidak memiliki sumber daya untuk membeli buku atau berlangganan jurnal.
“Akses terbuka juga mendorong kolaborasi dan inovasi dalam berbagai sektor, termasuk pertanian. Selain itu, publikasi terbuka meningkatkan transparansi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dan mendorong kepercayaan publik untuk terlibat lebih aktif dalam isu-isu sosial,” ujarnya.
Untuk meningkatkan aksesibilitas dan efektivitas literasi pertanian, Fadly menyarankan para penerbit untuk dapat berkolaborasi dan memberikan publikasi yang berdampak bagi pembangunan pertanian.
“Seperti halnya LSP Penerbitan, menyusun berbagai strategi penerbitan, termasuk memilih topik yang relevan, menggunakan format publikasi yang bervariasi seperti infografis dan video, serta membangun hubungan dengan petani untuk memahami kebutuhan mereka,”kata Fadli lebih lanjut.
“Publikasi yang dihasilkan, seperti buku panduan praktis, jurnal ilmiah, dan laporan tahunan, membantu petani dalam mengadopsi teknologi baru dan merencanakan praktik yang berkelanjutan,” tambahnya.
“Selain itu, media sosial juga digunakan secara strategis untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan partisipasi petani dalam diskusi terkait pertanian. Kampanye informasi melalui platform, seperti Facebook, Twitter, dan Instagram memungkinkan informasi literasi pertanian tersebar lebih cepat dan interaktif,” katanya.
Dengan literasi pertanian yang kuat, Fadly berharap sektor pertanian dapat terus berkembang secara berkelanjutan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim serta mendukung ketahanan pangan nasional di masa mendatang.
Selain Fadly, kegiatan ini juga menghadirkan narasumber Ifan Muttaqien, Ketua kelompok Literasi Pertanian, serta Nuning Nugrahani, Kepala Balai Informasi Standar Instrumen Pertanian. Kegiatan ini dipandu oleh Fakhri Firdaus. Sekitar 50 orang Peserta hadir memeriahkan acara ini. Mereka terlihat antusias.
Pada akhir acara Pustaka memberikan penghargaan bagi para penulis dan unit kerja yang berkontribusi aktif. Beberapa penghargaan yang diberikan meliputi 10 buku terbitan Pertanian Press, unit kerja produktif, hingga buku dengan akses dan unduhan tertinggi. Kepala Pustaka Muchlis menutup acara dengan harapan bahwa Festival Literasi Pertanian 2024 ini dapat semakin memotivasi semangat menulis dan menginspirasi semua orang. (TP)