Hampir 80% kedelai di Indonesia digunakan untuk industri tempe dan tahu. Industri dua bahan pangan sumber protein ini telah menjadi sumber pencaharian penting bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, sangat beralasan apabila pemerintah memberikan perhatian besar terhadap kedelai. Upaya yang tidak kalah pentingnya ialah memberdayakan kacang-kacangan selain kedelai sebagai bahan baku tempe, seperti koro pedang (Canavalia ensiformis).Koro pedang adalah salah satu dari sekian aneka jenis kacang yang potensinya luar biasa untuk �mendampingi� kedelai. Tanamannya tergolong perdu dengan batang bercabang pendek dan lebat.
Koro pedang mampu tumbuh pada lahan marginal. Perakaran yang cukup dalam merupakan salah satu bentuk adaptasi tanaman untuk bertahan di lahan kering. Dengan demikian, budi daya koro pedang tidak bersaing dengan tanaman lain seperti kedelai untuk memperebutkan lahan subur. Proses pembuatan tempe kedelai pada dasarnya dapat diadopsi untuk produksi tempe koro pedang. Balitbangtan melalui BB Pascapanen telah menyediakan teknologi untuk mengupas dan mencacah biji koro pedang. Pencacahan ini penting agar permukaan biji cukup luas untuk pertumbuhan ragi tempe. Koro pedang cacah dapat disediakan oleh kelompok tani dan diperjualbelikan sehingga perajin tempe dapat langsung memprosesnya. Melalui cara ini, petani dapat menikmati nilai tambah koro pedang.
Tempe koro pedang berbeda sifatnya dengan tempe kedelai. Tempe koro pedang tidak tahan lama, namun hal ini dapat diatasi dengan mendistribusikan produk dalam bentuk tempe potong dalam kemasan. Penelitian untuk mengungkap berbagai keunggulan koro pedang perlu diintensifkan. Hal tersebut bukan untuk menyaingi isoflavon kedelai, namun untuk melengkapinya. Melalui upaya ini, koro pedang mampu mendampingi kedelai dalam mencukupi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Informasi ini merupakan salah satu artikel yang tercantum dalam Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian >> Vol.37 No.1 Th. 2015