Deskripsi Buku
Judul: Teknologi Pengendalian Terpadu Hama Pengisap Buah Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae) pada Perkebunan Jambu Mete
Penulis: Rismayani; Molide Rizal
Penerbit: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jumlah hal: 15 p.
Link akses: http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/11451
Resensi Buku
Jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan tanaman tahunan yang biasanya tumbuh di daerah kering. Hasil utama dari tanaman ini adalah kacang mete dan buah semu yang dimanfaatkan dalam industri makanan dan obat. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi dan mendatangkan devisa bagi negara. Sentra-sentra produksi jambu mete antara lain di Sulawesi Tenggara, NTB, NTT, dan sebagian Jawa Tengah. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan tanaman ini antara lain tanaman yang sudah usia tua mudah rusak akibat terserang hama dan penyakit. Selain itu Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), penggunaan benih unggul serta teknik budidaya yang sesuai dengan standar teknis/Good Agricultural Practice (GAP) juga masih belum diadopsi oleh beberapa petani jambu mete di Indonesia.
Buku terbitan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ini memberikan penjelasan tentang pengendalian terpadu hama pengisap buah Helopeltis. Bagaimana bioekologi hama kepik pengisap buah jambu mete dan siklus hidupnya yang dibutuhkan selama 20 hari dari stadium telur, stadium nimfa sampai stadium dewasa (imago) diuraikan dalam buku ini. Kerusakan yang ditimbulkan akibat hama pengisap buah Helopeltis spp..antara lain nimfa Helopeltis spp. menyerang tunas kemudian ke bagian batang. Serangan berat pada pucuk akan menyebabkan bagian yang terserang menjadi kering dan mati. Bunga yang terserang akan menjadi hitam dan mati.
Bagian terakhir dalam buku ini mengemukakan berbagai strategi pengendalian hama pengisap buah. Strategi pertama adalah penggunaan varietas tahan berkaitan dengan adanya sifat resisten suatu varietas yang didasarkan pada faktor genetik tanaman, sehingga suatu varietas yang toleran dapat berfungsi untuk menekan populasi hama. Strategi kedua adalah pengendalian secara hayati dengan menggunakan cendawan patogen serangga atau serangga predator. Strategi ketiga adalah pengendalian secara kultur teknis mencakup pengelolaan tanah dan pemupukan yang tepat (berimbang) serta pemangkasan dan sanitasi tanaman inang. Strategi keempat adalah pengedalian fisik dan mekanik. Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan pengaturan suhu, kelembaban dan cahaya dengan melakukan pemangkasan di sekitar tanaman. Sementara pengendalian secara mekanik dapat dilakukan dengan cara penangkapan Helopeltis spp. tanpa alat bantu (tangan) dan menggunakan jaring. Pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan pestisida kimia sintetik merupakan langkah akhir. Langkah ini perlu dilakukan secara bijak dan berhati-hati dengan mengikuti anjuran dosis yang tertulis pada kemasan pestisida.
Buku ini cocok sebagai panduan bagi petani, pelaku usaha dan stakeholder lainnya dalam usaha membudidayakan tanaman jambu mete. Buku ini dapat dijadikan referensi yang bagus karena penyajiannya sederhana, ringkas sehingga mudah dipahami, meskipun masih kurang aplikatif dalam penyajiannya.(DA’22)