Identitas Buku
Judul: Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai Tahan Naungan Di Provinsi Banten
Penulis: Andy Saryoko dkk.
Penerbit: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten, Kementan
Tahun terbit: 2021
Jumlah hal.: 17
Link akses: http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/13999
Resensi Buku
Kedelai merupakan bahan pangan yang sangat populer di kalangan masyarakat. Hampir setiap hari masyarakat mengonsumsi makanan olahan dari kedelai. Kandungan protein yang tinggi dan juga kandungan gizi lainnya yang lengkap menyebabkan permintaan akan kedelai terus meningkat. Bahkan dilaporkan rata-rata kebutuhan kedelai nasional tahun 2016-2020 dipenuhi dari impor sebesar 82,37%. Hal ini yang mendorong pemerintah melalui Kementerian Pertanian dengan program UPSUS swasembada pangan untuk menggenjot produksi dan memaksimalkan potensi sumberdaya yang ada menuju ketahanan pangan mandiri. Permasalahan utama komoditas strategis ini adalah berkurangnya areal tanam dan produktivitas yang rendah. Rendahnya produktivitas kedelai di Provinsi Banten, dan diikuti dengan luas panen yang fluktuatif, menyebabkan ketidakstabilan produksi kedelai di Provinsi Banten.
Beberapa permasalahan yang ada dalam pengembangan kedelai di Banten antara lain: harga jual kedelai yang rendah dan tidak stabil, penguasaan teknologi produksi yang masih rendah, benih bermutu dan varietas unggul spesifik belum tersedia secara tepat, dan lahan kehutanan/perkebunan belum termanfaatkan secara optimal untuk produksi kedelai. Dalam pendahuluan buku ini dikemukakan permasalahan dalam budidaya kedelai dalam kondisi lahan yang ternaungi (pada lahan-lahan perkebunan/kehutanan), sehingga produktivitasnya rendah. Namun dengan cara mengombinasikan penggunaan varietas unggul tahan naungan dengan berbagai komponen teknologi lainnya menjadi solusi atas permasalahan budidaya kedelai di bawah tegakan tanaman kehutanan/perkebunan.
Dalam Bab 2 dipaparkan bahwa persyaratan teknis budidaya kedelai tahan naungan yaitu kondisi naungan dengan intensitas naungan <50%. Kondisi ini dapat terjadi pada lahan-lahan perkebunan/kehutanan yang tanaman utamanya berumur kurang dari 4 tahun, perkebunan kelapa dengan jarak tanam >10 m, atau perkebunan pisang dengan jarak tanam >5 m. Secara umum terdapat 11 komponen teknologi dalam budidaya kedelai tahan naungan, yaitu: 1) olah tanah sempurna, 2) saluran drainase, 3) benih bermutu, 4) varietas adaptif, 5) perlakuan benih, 6) pengaturan tanam, 7) bahan organik, 8) pemupukan berimbang, 9) pengendalian gulma, 10) pengendalian hama/penyakit, dan 11) penanganan panen dan pasca panen. Kesebelas komponen ini diuraikan dengan jelas pada Bab 4 dalam alur kerja dan masing masing dilengkapi dengan gambar untuk memperjelas pemahaman.
Pada Bab 3 disajikan hasil kajian terkait keunggulan paket teknologi budidaya kedelai tahan naungan yang mampu meningkatkan produksi sebesar 28% dibandingkan cara budidaya yang biasa dilakukan petani. Hama dan penyakit serta pengendaliannya dibahas dalam Bab 5 dan 6. Terakhir dalam Bab 7 dibahas tentang analisis usaha tani kedelai dengan membandingkan dua teknologi berbeda yaitu teknologi eksisting dan teknologi budidaya kedelai tahan naungan (budena). Dilihat dari biaya produksi, teknologi budena menunjukkan angka yang lebih besar namun secara provitabilitas menunjukkan hasil lebih efisien. Hal ini terlihat dalam nilai revenue cost ratio (R/C) bahwa dengan menerapkan teknologi budidaya kedelai tahan naungan nilai R/C yang dicapai 1,51, sementara teknologi eksisting hanya mampu mencapai sebesar 1,38.
Buku budidaya kedelai tahan naungan ini disusun secara ringkas dan cocok sebagai buku saku sebagai tambahan rujukan yang bisa dimanfaatkan oleh petani dan stakeholder dalam pengembangan komoditas kedelai. (Dyah2022)