Deskripsi Buku
Judul: Dari Hal Pertanaman Teboe dan Paberik Goela
Penulis: D. Kandoeroean Ardiwinata
Cetakan: Cet. 2
Tahun terbit: 1920
Penerbit: Balai Poestaka
Kota Terbit: Weltevreden
Link akses: https://kikp.pertanian.go.id/antiquariat/opac/detail-opac?id=3405
Resensi Buku
Gula merupakan salah satu komoditas dari Pulau Jawa yang diperdagangkan di seluruh dunia. Pada masa penjajahan, pribumi bekerja sama dengan orang Eropa dalam menjalankan produksi gula. Pribumi menyediakan tanah dan kuli-kuli, sedangkan orang Eropa menjalankan perusahaan sekaligus sebagai pemilik modal.
Gula memiliki sejarah panjang di Indonesia. Pada zaman kompeni Hindia Timur, perdagangan gula dibantu oleh bangsa Cina. Mereka bertanam tebu dan memproduksi gula. Kemudian gula dijual kepada kompeni dengan harga yang ditentukan terlebih dahulu. Pada tahun 1830, Gubernemen (pemerintah pada zaman Hindia Belanda) mengeluarkan peraturan bercocok tanam tebu yaitu setiap pemilik tanah diwajibkan menanam tebu di tanahnya masing-masing dan Gubernemen memberikan 38,91 gulden setiap kebun kepada pemilik tanah yang digunakan sebagai upah menanam dan biaya pemeliharaan kebun.
Buku ini memuat informasi mengenai sejarah gula dari zaman kompeni, zaman Daendels, Goebernemen, hingga pembentukan undang-undang gula tahun 1870. Selain itu, dilengkapi juga informasi yang lengkap mengenai pabrik gula yang ada di Pulau Jawa. Pada tahun 1918, ada 154 pabrik gula yang beroperasi. Pabrik gula tersebut didirikan di Besoeki, Pasuruan, Surabaya, Kediri, Madiun, Rembang, Semarang, Solo, Jogja, Banyumas, Kedu, Pekalongan, dan Cirebon. Dari daerah tersebut, Kediri merupakan daerah penghasil gula terbesar yaitu 4.100.000 pikul pada tahun 1918.
Informasi mengenai statistik gula juga disajikan dalam buku ini. Hampir semua gula hasil produksi dari Pulau Jawa diperdagangkan di luar negeri. Pada tahun 1916, sebanyak 1.430.800 ton gula diekspor ke luar negeri. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor gula saat itu yaitu Belanda, Inggris, Amerika, Singapura, Cina, Hongkong, Jepang, Hindia-Inggris, Australia, dan Siam. Hindia Inggris merupakan negara tujuan ekspor terbesar yaitu 562.595 ton, diikuti Jepang 223.956 ton, dan Hongkong 182.657 ton. Harga gula tertinggi dijual seharga 14-15 gulden sepikul (60 kg), sedangkan harga terendah mencapai 5 gulden sepikul.
Koleksi antiquariat ini dilengkapi juga gambaran tentang keadaan pabrik gula dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam usaha tani tebu seperti sewa tanah dan upah pekerja. Bahasa tulisan menggunakan bahasa Indonesia ejaan lama yang sedikit menyulitkan pembaca untuk memahaminya. Buku ini layak dibaca sebagai referensi bagi akademisi, pelajar, mahasiswa, atau pemerhati sejarah yang tertarik dalam hal pertanaman tebu dan pabrik gula di Indonesia. (MZ 2022)
Akses lengkap buku dapat diperoleh di: Layanan PUSTAKA Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Bogor