Puluhan ribu judul jurnal, buku serta makalah terdapat pada e-resources yang dimiliki oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), baik yang dilanggan maupun terbitan Kementerian Pertanian. Berbagai informasi tersebut harus termanfaatkan dengan baik. Oleh karena itu. PUSTAKA menggelar Virtual Literacy (VL) berkonsep Live Agriculture in Action dengan tema "Strategi Akses e-resources untuk Peningkatan Produktivitas Agrosociopreneur" pada 28 Mei 2020 melalui Open Virtual Literacy (Oviral) Room PUSTAKA Kementan dengan menggaet ratusan mahasiswa Polbangtan.
Tujuan VL ini adalah agar para mahasiswa tersebut dapat mencari sumber informasi digital untuk menambah pengetahuannya sehingga diharapkan akan lahir agrosociopreneur muda lainnya. VL menghadirkan narasumber Kepala PUSTAKA Retno Sri Hartati Mulyandari, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Idha Widi Arshanti, Pustakawan Senior Juznia Andriani, serta tiga agrosociopreneur muda yaitu Miranda Vivi, Riza Amalia, dan Agus salim. Dalam kesempatan tersebut turut hadir Direktur Polbangtan Malang Bambang Sudarmanto dan Peneliti Senior BalitSereal Andi Takdir.
Kepala PUSTAKA Retno Sri Hartati Mulyandari yang hadir sebagai narasumber sekaligus memandu VL mengungkapkan bahwa di sekeliling kita banyak komoditas pertanian yang memiliki potensi beragam produk turunannya dengan nilai tambah yang cukup tinggi. Menurutnya kini sudah saatnya para agropreneur melirik industri hilir karena dari situlah tercipta nilai tambah ekonomi yang cukup nyata. Retno berpesan kepada para peserta yang sebagian besar adalah mahasiswa polbangtan, bahwa jika menjadi agropreneur tentunya juga harus sekaligus menjadi agrosociopreneur dimana selain menjadi wirausaha di bidang pertanian juga tetap terus mengedepankan aspek sosial di masyarakat dengan menggandeng petani atau peternak kecil di wilayahnya untuk bermitra sekaligus menjadi binaannya.
Ia menyarankan agar Pusdiktan dapat menghubungkan Polbangtan dengan Badan Litbang Pertanian sebagai sumber teknologi pertanian, sehingga para agropreneur dapat memanfaatkan hasil-hasil penelitan para inventor untuk diterapkan dalam kegiatan usahanya atau diterapkan bersama petani binaannya. Bahkan selanjutkan juga dapat melakukan action research untuk pengembangan teknologi yang diterapkannya. Dalam proses action research juga dapat dijadikan sebagai media untuk mendokumentasikan tacit knowledge dari para petani/kontak tani binaan. Bahkan apabila menghasilkan invensi baru dapat bekerjasama dengan peneliti Badan Litbang Pertanian dan selanjutnya dapat didaftarkan Hak Kekayaan Intelektualnya ke Kementerian Hukum dan HAM.
Dengan demikian, invensi yang bernilai KI dapat dilisensi oleh mitra industri agar secara masif dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ia berpesan kepada para mahasiswa Polbangtan yang digaet sebagai target VL kali ini agar dapat mentransformasi pengetahuan fan iptek pertanian ke dalam kemasan informasi yang mudah dipahami untuk petani. “Mahasiswa Polbangtan dapat membuat konten-konten kreatif melalui video, infografis maupun berbentuk artikel atau feature, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat mudah dimengerti oleh petani,” ujarnya. Sementara itu, Pustakawan Senior Juznia Andriani dalam kesempatan VL kali ini memberikan materi mengenai cara menelusur informasi melalui digital, seperti pencarian informasi melalui Repository Pertanian (repository.pertanian.go.id), iTani, google cendekia, DOAJ, serta berbagai aplikasi yang dimiliki Kementan.
Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Ida Widhi Arshanti mengungkapkan bahwa membangun SDM pertanian berkualitas dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM pertanian, peningkatan jumlah dan ragam sumber belajar, perluasan akses sumber belajar bermutu, peningkatan pelibatan publik dan instansi terkait, peningkatan project close loop, serta penguatan tata kelola. SDM pertanian saat ini dituntut untuk melek teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.
Dalam sesi live agriculture in action tiga agrosociopreneur muda menyajikan pengalamannya dalam berwirausaha di bidang pertamian yang dipandu oleh Direktur Polbangtan Malang Bambang Sudarmanto. Miranda Vivi sebagai agropreneur muda mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk terjun dalam usaha di bidang pertanian. Usaha yang dijalani saat ini adalah usaha pakan ternak. Ia memanfaatkan limbah pertanian menjadi pakan ternak ruminansia. Saat ini usahanya tersebut sudah menghasilkan omzet sebesar 20 juta per bulan. Kemudian Riza Amalia yang hadir live di depan lahan usahanya mengungkapkan bahwa ia fokus menjadi agropreneur yang bergerak pada usaha ternak kambing perah. Selain ternak kambing perah ia juga mengolah produk turunannya berupa pasteurisasi susu kambing etawa dan yogurt dalam beberapa varian rasa dan saat ini ia sedang berusaha mengembangkan Kefir.
Riza memanfaatkan medsos untuk promosi dan pemasaran produk yang sudah dihasilkan. Saat ini ia sedang me-rebranding susu kambing yang awalnya dikenal masyarakat hanya dikonsumsi sebagai obat menjadi susu yang dapat dikonsumsi kapanpun oleh siapapun. Produk yang dihasilkan saat ini menjadi produk unggulan desa yang dijual melalui Bumdes. Agropreneur lainnya adalah Agus Salim yang menggeluti usaha tanaman pangan. Dalam kesempatan kali ini ia live dari lahan pertaniannya. Lahan yang dikelolanya terlihat sangat subur dan hijau. Hal ini dikarenakan selama ini Agus menggunakan pupuk organik cair buatan sendiri. Selain digunakan sendiri, pupuk cair yang dia produksi juga dijual ke petani sekitar. Saat ini Agus telah berhasil menjual pupuk organik cair sebanyak 100 liter per hari.
Di akhir VL, Andi Takdir salah satu pemulia jagung dari Balai Penelitian Serealia memberikan semangat dan saran-saran kepada ketiga agroprenuer muda tersebut. Andi berharap Miranda dapat membangun jaringan dengan peternak binaannya di Sulawesi. Kepada Riza, ia menyarankan agar membuat susu kambing dalam bentuk sachet agar dapat dipasarkan lebih luas. Terakhir saran yang diberikan kepada Agus adalah untuk budidaya tumpangsari, salah satunya adalah tanaman jagung dan kacang.