Paradigma perpustakaan sebagai tempat menyimpan koleksi, terus berubah seiring dengan kebutuhan masyarakat terhadap informasi. Masyarakat membutuhkan informasi untuk mendukung peningkatan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup tersebut dapat dimulai dari informasi yang mendukung aktivitas utamanya. Oleh karena itu sudah saatnya perpustakaan mendekatkan diri kepada masyarakat melalui program inklusi sosial.
Informasi pertanian sebagai unsur penting dalam pembangunan pertanian, menjadi perhatian utama dalam pengembangan perpustakaan khusus berbasis inklusi sosial. Hal ini terkait dengan potensi agraris wilayah Indonesia.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan para pustakawan terkait paradigma baru perpustakaan yang bertransformasi menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Seminar Nasional Perpustakaan pada Rabu, 7 April 2021 di Hotel Westin Jakarta. Seminar ini mengusung tema “Inovasi Mendukung Transformasi Perpustakaan Khusus Berbasis Inklusi Sosial”
Seminar tersebut di buka secara resmi oleh Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono, dalam sambutannya, Momon menyampaikan bahwa perpustakaan khusus tidak hanya melayani pengguna di lingkungan instansinya tetapi juga stakeholder lembaga induknya masing-masing. “Oleh karena itu stakeholder perpustakaan pertanian dapat berkembang pada penyuluh, petani, pelaku usaha pertanian dan masyarakat pertanian lainnya”, ungkap Momon.
Selanjutnya ia mengungkapkan bahwa keberadaan perpustakaan diharapkan dapat menjadi bagian solusi masalah bagi semua lapisan masyarakat. Benang merah antara misi Kementan untuk pemberdayaan masyarakat petani dengan tujuan perpustakaan berbasis inklusi sosial, yaitu meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), M Syarif Bando sebagai pembicara kunci menekankan pentingnya perubahan peran perpustakaan dari sekedar melakukan manajemen koleksi dan knowledge menjadi transfer of knowledge.
Kepala PUSTAKA, Abdul Basit mengungkapkan bahwa kegiatan ini dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pengetahuan, kompetensi dan kualitas sumberdaya manusia dalam pengembangan perpustakaan khusus berbasis inklusi sosial. Selanjutnya Basit berharap acara ini dapat memberikan ilmu dan pengalaman yang bisa diterapkan langsung di instansi masing-masing terkait sehingga dapat mengembangkan jejaring untuk pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Acara ini dilaksanakan secara daring dan luring. Peserta yang hadir secara luring sebanyak 50 orang dan peserta daring lebih dari 900 orang. Narasumber lain yang dihadirkan yaitu Subandi Sardjoko sebagai Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, BAPPENAS. Selanjutnya Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus, Perpusnas, Upriyadi, Direktur Pengembangan Sosial Budaya dan Lingkungan Desa dan Perdesaan, Kemendes PDTT, Bito Wikantosa.
Selain itu dihadirkan pula para pustakawan dan praktisi perpustakaan yang berbagi pengalaman mengelola perpustakaan berbasis inklusi sosial. Pustakawan Kabupaten Enrekang, Irsan, Pustakawan Kabupaten Banyumas, Fuad Zein Arifin, dan Praktisi Kepustakawan Kota Sukabumi, Yusmeli Jafar.
Hadirnya narasumber dari lintas Kementerian tersebut menunjukkan keseriusan Kementan, melalui PUSTAKA untuk mengembangkan perpustakaan berbasis inklusi sosial hingga tingkat desa dengan melibatkan berbagai stakeholder yang terkait. Pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial tentunya tidak terlepas dari tujuan pembangunan pertanian yaitu terwujudnya pertanian maju, mandiri dan modern. (Reporter: Sutarsyah/ Editor : Eni)