Pernah coba beras sagu? bagi sebagian orang beras sagu mungkin terasa asing. Adanya anggapan "‘belum makan kalau belum makan nasi" menjadi salah satu penyebab, sagu belum dapat menjadi makanan utama bagi seluruh masyarakat, untuk sebagian masyarakat, seperti masyarakat Indonesia timur, misalnya, sagu menjadi makanan pokok dengan beragam cara pengolahan,seperti sagu bakar, papeda, atau dengan hanya memadatkanya dan dibungkus daun pisang. Untuk menarik perhatian masyarakat, Kini muncul berbagai inovasi untuk menyantap olahan sagu yang lezat. Salah satu inovasi pengolahan sagu adalah Beras Sagu, jenis beras yang satu ini ramah bagi pengidap diabetes, karena kandungan glukosa yang lebih rendah dibandingkan dengan beras biasa
Proses pembuat beras sagu dibentuk menggunakan teknologi ekstruder sehingga bentuknya menyerupai bulir- bulir yang menyerupai beras namun terbuat dari sagu. Beras sagu memiliki Indeks Glikemik (IG) yang rendah, IG adalah angka yang menunjukan seberapa cepat karbohidrat diubah menjadi gula, IG dari beras sagu yaitu 40, jauh lebih rendah dibandingkan beras biasa yang memiliki IG 80 – 89. Beras sagu juga dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah, jika dikonsumsi selama 4 minggu. Dengan mengatur gula darah maka kolestrol dan trigeliserid juga akan terkendali dengan baik. Selain itu beras sagu juga kaya akan antioksidan dan baik bagi sistem pencernaan.