Agripreneur Muda Serukan Gerakan Literasi untuk Berbisnis Pertanian
Bogor - Dalam upaya mendekatkan pertanian dengan generasi muda, Kementerian Pertanian kembali menyapa generasi muda melalui acara _talkshow_ Tani on Stage (TOS). Acara yang berlangsung di Museum Tanah dan Pertanian ini merupakan salah satu rangkaian dari acara _Grand Launching_ Museum Tanah dan Pertanian serta Peresmian _Open Virtual Literacy Room_ (3/3/2020).
Pada kesempatan tersebut, Kementan berusaha mengedukasi publik melalui obrolan santai sambil memperkenalkan dunia pertanian kepada generasi muda. Acara yang mengangkat tema "Menuju Agripreneur Muda Berprestasi Melalui Gerakan Literasi" ini menghadirkan empat Agripreneur Muda yang didaulat menjadi inspirator generasi muda di antaranya Riza Azyumarridha Azra (Pendiri _Start Up_ Rumah Mocaf), M. Khudori (Pemilik CV. Horti Agro Makro Potatoes/CHAMP), Jatu Barmawati (Komisioner PT Ayo Niaga Internasional), serta Attila Majidi (Pemilik Bisnis "Kopi Pak Datuak").
Riza Azyumarridha Azra berbagi cerita bahwa Rumah Mocaf yang ia dirikan diawali dengan gerakan literasi untuk masyarakat di Banjarnegara. “Banjarnegara termasuk daerah yang rendah tingkat literasinya” ujar Riza. “Saya dan teman-teman berinisiatif mendirikan
Sekolah Inspirasi Pedalaman yang dilengkapi taman baca setelah mengedukasi petani di suatu desa di Banjarnegara” lanjut Riza.
Wirausaha Muda Berprestasi Kemenpora ini bersama teman-temannya mengedukasi petani di desa-desa di Banjarnegara untuk mengembangkan singkong menjadi tepung mocaf. "Dari situlah kami tergerak untuk mendirikan Rumah Mocaf yang memiliki ruh untuk mengangkat martabat petani singkong, menegakkan kedaulatan pangan lokal, dan memperbanyak sociopreneur muda di Banjarnegara", Riza menambahkan.
Sementara itu, M. Khudori menyampaikan bahwa memahami informasi terkait dengan bidang bisnis pertanian itu penting. “Saya memilih kentang sebagai komoditas yang saya kembangkan setelah mengumpulkan berbagai informasi mengenai kentang” ujarnya. “Dengan menguasai informasi tentang kentang, saya memutuskan berbisnis di sini. Mengembangkan usaha mulai dari perbenihan, penanaman di kebun, sampai ke pengolahan hasil pertanian berupa keripik kentang” ujarnya menjelaskan lebih lanjut.
Kemudian, dilanjutkan oleh Jatu Barmawati, penerima award Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) tahun 2016 memberikan inspirasi bahwa perempuan muda juga bisa sukses meniti karier sebagai pebisnis pertanian. Jatu berbagi pengalaman saat ia masih mahasiswa di UGM ia mendapatkan kesempatan mengikuti _student exchange_ di Thailand. Di sana, Jatu melihat pengelolaan pertanian maju ala Thailand. “Berbekal pengalaman disana, saya terus memacu diri saya untuk menambah pengetahuan serta mengikuti berbagai perlombaan wirausaha muda pertanian” ujar Jatu. “Pengetahuan dan pengalaman menjadi motivasi saya untuk lebih maju” tegasnya.
Jatu merupakan pendiri Komunitas Agriculture Youth Community (AYO-Community). Komunitas yang terdiri dari anak muda usia 16-30 tahun ini memiliki ketertarikan pada bidang pertanian (baik on farm maupun off farm). Salah satu kegiatan AYO Community yang berkaitan dengan literasi adalah sharing knowledge antar anggota komunitas, sharing dengan ahli, serta mentoring program kreativitas mahasiswa.
Attila Majidi, Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat sekaligus pendiri “Teras Kopi Pak Datuak” menyampaikan bahwa di kafenya, ia juga memberikan edukasi kepada pengunjung. Kafe yang berdiri sejak tahun 2018 tersebut bukan hanya menyediakan tempat hang out untuk kaum muda pecinta kopi, tapi juga memberikan edukasi kopi Solok Selatan bagi para pengunjung kafe. “Selain menikmati kopi, pengunjung yang datang ke kafe kami juga kami edukasi mengenai kopi, jadi ada nilai tambah ketika mereka datang berkunjung ke sini” ujarnya.
Para keempat narasumber menyampaikan bahwa dengan membaca, memahami informasi juga berbagi pengetahuan, mereka mampu menjadi pebisnis sukses di bidang pertanian. Tak hanya itu, mereka juga memiliki motivasi dan terus berinovasi mendukung cita-cita kemandirian pangan bangsa.