Judul : Membangkitkan lahan rawa, membangun lumbung pangan Indonesia
Penulis : Andi Amran Sulaiman dkk.
Penerbit : IAARD Press
Tahun terbit : 2018
Jumlah halaman : 78 halaman
Link akses : https://repository.pertanian.go.id/items/a7e5e8d3-f709-4c9f-a51b-a056d480e78f/full
Lahan rawa identik dengan lahan marginal yang sulit dikembangkan, tetapi jika dikelola dengan teknologi yang tepat, diyakini oleh para ahli, memiliki potensi besar dalam mendukung swasembada dan ketahanan pangan nasional. Seiring maraknya konversi lahan pertanian ke non pertanian yang semakin luas, potensi lahan rawa diibaratkan “raksasa tidur” yang perlu segera dibangkitkan. Optimasi lahan rawa menjadi langkah strategis dalam menjawab tantangan pangan nasional sekaligus membuka potensi wilayah baru.
Buku bertajuk “Membangkitkan lahan rawa, membangun lumbung pangan Indonesia” merupakan upaya Kementerian Pertanian dalam menarasikan strategi dan praktik nyata membangkitkan potensi lahan rawa sebagai lumbung pangan masa kini dan masa depan. Buku ini terdiri dari tujuh bab utama. Bab pertama mengulas urgensi pemanfaatan lahan rawa di tengah kebutuhan pangan nasional yang terus meningkat dan tantangan konversi lahan sawah. Ditekankan bahwa pembangunan pertanian melalui lahan rawa harus berbasis ilmu dan strategi berkelanjutan.
Bab dua membahas secara rinci karakteristik, potensi dan penyebaran lahan rawa, baik rawa pasang surut maupun rawa lebak, klasifikasi rawa berdasarkan tipologi, kedalaman gambut, dan tantangan seperti tingkat keasaman tanah serta tingkat genangan air. Beberapa permasalahan dan kendala umum maupun khusus dalam pengembangan yang perlu mendapat perhatian diuraikan ringkas dalam bab ini .
Bab tiga menyoroti multidimensi; sosial, geografis, dan ekologi dari lahan rawa. Mengingat sifat dan watak lahan rawa yang sangat rapuh, sensitif, dan rentan, sehingga pengelolaan dan perlindungan terhadap sumber daya lahan dan habitatnya sangat penting dan mutlak. Pengembangan tidak hanya dilihat dari aspek teknis saja tetapi juga keterkaitan dengan ketahanan wilayah dan kelestarian lingkungan, termasuk dalam konteks wilayah perbatasan.
Bab empat memaparkan dinamika pengembangan lahan rawa dari masa ke masa, termasuk pelajaran dari kegagalan proyek besar seperti Proyek Lahan Gambut (PLG) sejuta hektar. Juga dibahas pola pertanian lokal seperti sistem handil (saluran-saluran kecil) yang telah berhasil menghidupkan lahan rawa di berbagai daerah, sekaligus menginspirasi pemerintah untuk membuka lahan rawa lebih luas.
Bab lima mengurai strategi pengembangan lumbung pangan berbasis lahan rawa, termasuk kerangka konseptual, rancangan program dan kebijakan. Di sini dijelaskan pentingnya infrastruktur, agribisnis, serta pembentukan kawasan berbasis korporasi petani.
Bab enam menampilkan langkah-langkah terobosan yang telah dilakukan Kementerian Pertanian, seperti program optimasi lahan, peningkatan infrastruktur, introduksi varietas unggul, pemanfaatan Alsintan, pengembangan pertanian organik, hingga pembentukan kelembagaan petani dalam bentuk korporasi.
Bab ketujuh menekankan pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan dan perlunya pendekatan kolaboratif dalam pengembangan berkelanjutan. Konsistensi diperlukan sejak adanya kesepakatan perencanaan dalam mendukung pengembangan lumbung pangan, tanpa dipengaruhi oleh dinamika politik dan pemerintah.
Buku ini disusun dengan sistematika penulisan yang baik, serta disertai contoh nyata dilapangan sebagai data dukung. Oleh karena itu, buku ini menjadi rujukan penting bagi pemerintah daerah, peneliti dan stakeholder pertanian yang berkepentingan dalam mengembangkan kawasan pertanian alternatif berbasis lahan rawa. Meski banyak menggunakan bahasa teknis dalam pembahasannya, yang dirasa dapat menjadi hambatan pemahaman bagi pembaca umum, namun buku ini tetap menjadi referensi penting dalam membuka wawasan tentang lahan rawa. (DA’25)