Judul : Budidaya Maggot BSF (Black Soldier Flay) di Provinsi Bengkulu
Penyusun : Harwi Kusnadi, dkk.
Penerbit : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 80 halaman
Link akses : https://repository.pertanian.go.id/items/b3676b4b-1862-4c00-b477-074d1c9d939d/full
Gerakan zero waste sudah selayaknya menjadi sikap hidup masyarakat sekarang dalam mengatasi masalah tumpukan sampah. Budidaya maggot menjadi salah satu jalan keluar dalam mengolah sampah menjadi bernilai ekonomi, menciptakan lingkungan bersih sekaligus mendatangkan uang. Maggot BSF (Balck Solder Fly) merupakan larva dari lalat tentara hitam berbentuk seperti tawon. Dikenal dengan lalat baik dan bersih tidak membawa penyakit berfungsi sebagai agen pengurai sampah organik.
Maggot memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi, memiliki kemampuan untuk mengeluarkan enzim alami. Dibutuhkan 14-30 BSF untuk menghasilkan 1 gram telur yang dapat menghasilkan 3-4 kg maggot atau larva. Hal ini memungkinkan maggot berpotensi sebagai pakan alternatif ternak, terutama unggas.
Teknologi budidaya maggot merupakan teknologi sederhana yang bisa diterapkan oleh semua orang. Dengan memanfaatkan ember, kotak kayu atau barang bekas lainya sebagi tempat, serta dengan limbah pertanian, limbah industri bahkan limbah rumah tangga digunakan sebagai pakan magot. Maggot diakui sebagai dekomposer terbaik, yang mampu mengurangi persoalan sampah di masyarakat.
Buku budidaya maggot ini terbagi pada beberapa bagian pembahasan. Pengenalan mengenai BSF dan siklus hidup BSF dibahas pada bab dua. Siklus hidup lalat BSF sangat singkat hanya beberapa minggu mulai dari lalat, kawin, telur BSF, baby maggot (bayi larva), maggot dewasa, prepupa hingga pupa.
Bab tiga membahas pemeliharaan lalat BSF termasuk bangunan produksi maggot dan kandang lalat. Langkah-langkah pemeliharaan meliputi: (1). persiapan kandang , (2). memasukkan pupa ke dalam kandang (3). pupa menjadi lalat dan mencari pasangan akan kawin dan kemudian mati bagi yang jantan. Betina akan bertelur pada bilah kayu, setelah itu mati. (4). Pengambilan bilah telur dari kandang setiap hari. (5). Pengambilan lalat yang sudah mati untuk kompos. (6). Penyediaan air minum.
Penetasan telur dibahas khusus pada bab empat. Meliputi peralatan penetasan, media penetasan dan aktifitas penetasan. Penetasan harus dilakukan segera mungkin untuk menjaga kualitas telur.
Pembesaran maggot dibahas pada bab lima meliputi biopon pembesaran, media pembesaran dan pakan serta proses pembesaran. Pembesaran maggot digunakan biopon berupa nampan plastik ditutup dengan kawat strimin untuk mencegah hama, dan dibuatkan rak bertingkat dari baja ringan sehingga kuat dan awet.
Panen dan pascapanen dibahas pada bab empat. Pembahasan ciri-ciri maggot siap panen, peralatan panen dan tahapan aktifitas pemanenan. Dilanjutkan pada bab tujuh mengenai pupuk kasgot yang merupakan limbah dari maggot. Pembahasannya meliputi proses pengolahan kasgot, pengemasan dan pemanfaatanya.
Hama dijelaskabn dalam bab delapan. hama merupakan binatang yang menyerang dalam budidaya maggot seperti tikus, semut, burung, kadal dan cicak. Pada bab terakhir ditegaskan bahwa nilai nutrisi maggot cukup tinggi dan sangat disukai unggas, berpotensi dikembangkan dengan teknologi budidaya yang mudah bisa dikerjakan semua orang.
Penulis berhasil menyajikan informasi secara sistematis, dengan penekanan pada teknologi sederhana yang bisa diterapkan oleh masyarakat luas. Ilustrasi dan contoh nyata yang disertakan memperkuat penjelasan dan memudahkan pembaca dalam mengikuti setiap langkah budidaya. Kelayakan usaha maggot akan memperkaya informasi, namun belum ada pembahasan khusus dalam buku ini. (DA’24)