Sistem penanaman tumpangsari (intercropping) pada komoditas kopi banyak memberikan manfaat bagi para petani kopi dari sisi peningkatan ekonomi maupun dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan yang lebih baik. Pola tanam yang mempraktikkan diversifikasi tanaman pada periode bersamaan di satu lahan yang sama ini, selain akan membawa lebih banyak bahan organis ke dalam tanah dan menangkap lebih banyak karbon, juga dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi para petani. Karena metode tumpangsari memberikan pilihan bagi petani kopi untuk mendapatkan pendapatan lain di luar pendapatan utama dari kopi. Hasil dari tanaman yang beranekaragam memungkinkan petani untuk bertahan diluar musim panen kopi atau jika mereka gagal panen akibat perubahan cuaca atau kondisi cuaca ekstrem. Pendapatan tambahan dari tanaman-tanaman tumpangsari juga dapat digunakan sebagai penyangga jika harga kopi tidak stabil akibat kondisi pasar yang tidak menentu, seperti kondisi saat ini ketika pandemik Covid-19 melanda dan mempengaruhi seluruh sendi kehidupan dan perekonomian.
Mendorong dan melatih praktik tumpangsari kopi secara efisien dan berkelanjutan kepada para petani kopi saat ini sedang dilakukan oleh Proyek Coffee+, proyek kemitraan pembangunan berkelanjutan antara lembaga kerjasama pembangunan internasional milik pemerintah Jerman, GIZ dan perusahaan swasta Nestlé untuk meningkatkan hasil dan ketahanan petani kopi di beberapa daerah terpilih di Indonesia, Filipina dan Thailand. Di Indonesia, pembinaan bagi para petani kopi ini di lakukan di daerah Tanggamus-Lampung dengan target sekitar 7000 petani kopi nantinya diharapkan akan mampu mengembangkan kewirausahaan pertanian lewat praktik pertanian terbaik tumpangsari kopi dan program Sekolah Bisnis Petani (Farmer Business School).
Untuk mendukung proses pembelajaran praktik terbaik tumpangsari kopi, kebun-kebun percontohan (demoplot) yang mengaplikasikan model tumpangsari kopi yang direkomendasikan dikembangkan oleh para petani kopi binaan. Saat ini ada sekitar 55 kebun percontohan milik petani yang digunakan sebagai tempat pembelajaran praktis dimana petani lain dan semua orang dapat berkunjung dan belajar.
Darmahmud, salah seorang petani kopi pemilik kebun percontohan dari desa Sinar Sekampung, kab.Tanggamus menyatakan kepuasannya. “Sebagai kebun percontohan tumpangsari, kebun saya banyak dikunjungi oleh masyarakat yang tertarik. Senang sekali melihatnya karena lebih rapih dan lebih mudah merawatnya dibanding model campur sari yang saya kembangkan sebelumnya. Hasilnya pun meningkat dan menambah pendapatan. Saat ini saya menanam kopi, lada, alpukat dan cabe,” ujarnya.
Model tumpangsari yang direkomendasikan oleh proyek Coffee+ mendiversifikasikan berbagai tanaman berdasarkan fungsi-fungsinya yang saling mendukung dan melengkapi bagi kopi sebagai tanaman utama. Ada jenis tanaman sebagai pohon naungan dan pembatas, ada pula jenis tanaman-tanaman yang dipilih karena cepat panen dan menghasilkan. Pertimbangan pemilihan tanaman salah satunya berdasarkan minat petani, pilihan konsumen, dan harga pasar.
Muldan Soni, ICS KUB (Kelompok Usaha Bersama) dari Desa Gunung Sari, kab.Tanggamus, yang termsuk sebagai salah seorang fasilitator mengungkapkan, “Ketika saya melakukan sosialisasi banyak petani yang belum paham hitungan hasil yang akan didapat jika mereka menerapkan konsep tumpang sari sesuai Sekolah Bisnis Petani. Banyak sekali keuntungan yang akan mereka dapatkan seperti memaksimalkan pemanfaatan lahan, menambah pendapatan bahkan kebunnya bisa menjadi tempat wisata karena indah.”
Kebun percontohan tumpangsari kopi Proyek Coffee+ terbuka bagi siapapun yang ingin belajar. Ke 55 lokasi kebun percontohan dapat dilihat pada peta di bawah ini dan akses pada google map tersedia dengan mengklik link dibawahnya.
Sementara buku panduan praktis untuk melakukan tumpang sari kopi dengan detil informasi model tumpangsari yang direkomendasikan oleh proyek Coffee+ dapat diakses dan diunduh pada tautan link di bawah artikel ini.
Lokasi kebun percontohan bisa juga diakses langsung di Google Map dengan mengklik link di bawah ini:
Nomor Kebun |
Tautan link Google Map |
|
1 |
||
2 |
||
3 |
||
4 |
||
5 |
||
6 |
||
7 |
||
8 |
||
9 |
||
10 |
||
11 |
||
12 |
||
13 |
||
14 |
||
15 |
||
16 |
||
17 |
||
18 |
||
19 |
||
20 |
||
21 |
||
22 |
||
23 |
||
24 |
||
25 |
||
26 |
||
27 |
||
28 |
||
29 |
||
30 |
||
31 |
||
32 |
||
33 |
||
34 |
||
35 |
||
36 |
||
37 |
||
38 |
||
39 |
||
40 |
||
41 |
||
42 |
||
43 |
||
44 |
||
45 |
||
46 |
||
47 |
||
48 |
||
49 |
||
50 |
||
51 |
||
52 |
||
53 |
||
54 |
||
55 |
Sementara buku panduan praktis untuk melakukan tumpang sari kopi dengan detil informasi model tumpangsari yang direkomendasikan oleh proyek Coffee+ dapat diakses dan diunduh pada tautan link di bawah ini.
Tumpangsari Kopi, Panduan Praktis Bagi Petani : download link
Intercropping, Introduction for Coffee Farmer : download link