Menindaklanjuti Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka) Kementerian Pertanian (Kementan) dengan Perpustakaan Nasional (Perpusas) RI, pada tanggal 4 dan 5 November 2021. Pustaka dan Perpusnas melihat secara langsung beberapa perpustakaan desa binaan Perpusnas yang berbasis inklusi sosial di daerah Magelang, Jawa Tengah. Dalam kesempatan tersebut, Tim Pustaka yang dipimpin oleh Riko Bintari Pertamasari (Koordinator Kelompok Substansi Perpustakaan) dan Tim Perpusnas yang diketuai oleh Upriyadi (Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus) melakukan kunjungan ke tiga perpustakaan desa. Perpustakaan Muda Bhakti di Desa Ngablak Kecamatan Srumbung, Perpustakaan Sahwahita di Desa Butuh Kecamatan Sawangan, dan Perpustakaan Pondok Sejuta Ilmu di Desa Ngablak Kecamatan Ngablak.
Tim Pustaka-Kementerian Pertanian dan Perpusnas diterima oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Magelang. Kunjungan kerja tersebut sebagai wujud apresiasi dari Perpusnas kepada perpustakaan desa yang telah bertransformasi menuju perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dalam sambutannya Upriyadi menyatakan bahwa Perpusnas menggandeng Kementan untuk membantu dalam melakukan pembinaan di perpustakaan desa, karena tujuan dari perpustakaan berbasis inklusi sosial ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan sebagian besar masyarakat adalah petani, sehingga Perpusnas merasa tepat jika melakukan kolaborasi dengan Kementan untuk bersama-sama membina perpustakaan desa tersebut dalam mewujudkan perpustakaan berbasis inklusi sosial yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
Desa Ngablak Kecamatan Serumbung, 99% masyarakatnya adalah petani salak, mereka mengalami permasalahan di saat panen raya. Permasalahan tersebut menyebabkan harga salak sangat murah dan kondisi kesuburan tanah yang telah jenuh juga mengakibatkan hasil panen kurang maksimal. Harapan dari kepala desa setempat untuk memperoleh pendampingan dari Kementan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Riko dalam sambutannya bahwa Perpustakaan Kementan, berperan juga dalam kegiatan pertanian. Perpustakaan sebagai pusat kegiatan, edukasi, dan juga sebagai fasilitator. Melalui perpustakaan, informasi dapat diperoleh melalui bahan perpustakaan yang ada, baik tercetak maupun digital ataupun dapat juga dengan mendatangkan narasumber yang berkompeten di bidangnya. Permasalahan di bidang pertanian yang terjadi di lapangan dapat dikonsultasikan dengan narasumber untuk mendapatkan solusi, sehingga permasalahan dapat teratasi dan berdampak pada keberhasilan.
Hasil kunjungan dari ketiga perpustakaan, telah terlihat peran dari perpustakaan sebagai tempat edukasi, rekreasi, dan tempat berkumpul untuk melakukan berbagai aktifitas. Kegiatan pelatihan seperti pembuatan berbagai olahan dari salak, pelatihan menjahit, berbagai kegiatan edukasi untuk anak usia dini maupun remaja, penggalakan duta literasi di kalangan pemuda, dan juga adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat difabel. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat, sehingga dapat memberdayakan segala potensi yang dimiliki di masing-masing wilayahnya yang berdampak pada peningkatkan kesejahteraan.
Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan oleh Perpusnas dan Bappenas menunjukkan bahwa program Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ini sebagian besar sangat berdampak langsung kepada masyarakat. Oleh karena itu, Bappenas sangat mendukung program tersebut. Perpusnas berharap dapat berkolaborasi dengan Kementerian Pertanian karena sebagian masyarakat Indonesia masih di bidang pertanian. Sehingga dengan adanya kolaborasi dan sinergi yang baik dapat mewujudkan perpustakaan-perpustakaan yang ada di daerah ataupun di desa menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang berdampak pada peningkatan literasi dan kesejahteraan. (Listina)