Siang itu cuaca terlihat cerah, dengan senyum ramah para petugas Museum Pertanian sudah siap menyambut pengunjung museum yang semakin hari semakin ramai sejak diresmikan beberapa hari lalu, sesosok pria paruh baya tampak memasuki halaman museum, sosok itu adalah Warsito, Widyaiswara Utama yang sudah purna tugas beberapa tahun lalu, namun beliau masih tetap semangat.
Tampak satu per satu petugas di sapanya dengan ramah. Juznia Andriani, Pustakawan Senior dan Sunyoto Kepala Sub bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan menemui Warsito, mereka terlibat percakapan tentang sejarah pertanian yang banyak ditampilkan di museum. Banyak pengetahuan dan informasi yg disampaikan oleh Warsito. Sebelumnya Warsito sudah datang dan mengelilingi Museum Pertanian, ketertarikannya untuk mengangkat sejarah pembangunan pertanian menghantarkan ia datang kembali ke Museum Pertanian.
Warsito memberikan masukan untuk penyempurnaan museum, ia menyampaikan agar museum pertanian dilengkapi dengan program-program pertanian sejak era kemerdekaan, tujuannya agar generasi muda lebih cinta pertanian, “setelah mengunjungi museum mereka mendapat ilmu yg banyak.” Ujarnya. Warsito bersedia membantu seputar informasi mengenai sejarah pertanian Indonesia.
Lebih lanjut Warsito mengatakan bahwa generasi muda perlu mengetahui program pertanian. “Seperti program pembangunan misalnya, di Indonesia diprakarsai oleh Kementerian Pertanian, saat itu namanya Kementerian Kemakmuran. Program pembangunan pertanian di mulai sejak RI di Yogya.
Setelah selesai berkeliling melihat koleksi demi koleksi, Warsito pun menyerahkan catatan dan foto informasi tentang pertanian tempo dulu, ia menyerahkan materi sejarah pertanian sejak tahun 1900 an. Kemudian Warsito mengungkapkan bahwa ia merasa sangat bangga dapat berkontribusi untuk pengembangan museum dengan memberikan informasi bernilai histori milik pribadinya.
Di akhir pertemuan Warsito berharap generasi muda dapat belajar dan mengenal informasi pertanian masa lampau kini dan mendatang di museum Pertanian. Siapa ingin berkontribusi untuk museum selanjutnya?