Sektor pertanian selain sebagai penyumbang devisa negara, juga sebagai penyebab emisi gas rumah kaca (GRK). Untuk meminimalisir hal tersebut maka sudah saatnya sektor pertanian menerapkan konsep pertanian ramah lingkungan. Bertepatan dengan Hari Bumi pada 22 April 2021 Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) menyelenggarakan virtual literacy (VL) Bertema “Sayangi Bumi dengan Pertanian Ramah Lingkungan”.
Momentum Hari Bumi ini tentunya mengingatkan kita semua untuk selalu menjaga bumi dan kelestarian alamnya. Pertanian merupakan aktivitas yang selalu berdampingan dengan kelestarian bumi dan alamnya. Oleh karena itu pertanian ramah lingkungan menjadi salah satu solusinya.
Pada kegiatan tersebut hadir Kepala PUSTAKA, Abdul Basit yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan pertanian apabila tidak dilakukan secara bijak dapat menyumbang pemanasan global yang dapat menyebabkan kerusakan bumi. "Salah satu kegiatan yang dapat menyebabkan pemanasan global adalah penggunaan pupuk berlebihan. Petani yang membakar jerami disawah juga berkontribusi terhadap pemanasan global”, ungkapnya.
Penggunaan pestisida secara berlebihan dan berulang ulang juga dapat merusak lingkungan. Karena itu, Abdul Basit meminta masyarakat, khususnya para petani agar meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian ini penting dilakukan untuk menjaga pertanian Indonesia yang berkelanjutan.
Dalam VL tersebut hadir sebagai narasumber peneliti dari Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Sukarjo yang dalam penjelasannya mengungkapkan bagaimana langkah-langkah menerapkan pertanian ramah lingkungan serta menjelaskan perbedaan pertanian ramah lingkungan dan pertanian organik. Selanjutnya ia menyampaikan pertanian organik harus memiliki sertifikat dari lembaga tertentu misalnya Sucofindo. Ia juga menyampaikan pertanian organik sudah meninggalkan pupuk dan pestisida kimia, sedangkan pertanian ramah lingkungan masih menggunakannya namun dalam jumlah yang sesuai anjuran.
Narasumber lainnya Sofyan, Dulkornen dan Siti Chodijah memberikan contoh dan bukti bagaimana bisa sukses menerapkan pertanian organik. Bahkan Sofyan menyampaikan omsetnya bisa mencapai 300 juta per bulan. Dulkornen sebagai petani padi organik menyatakan banyak kendala dalam bertani organik, akan tetapi kendala tersebut di rubah menjadi peluang. Siti Khodijah sebagai penyuluh pertanian, sangat giat menyampaikan tentang budidaya padi organik kepada petani. Khodijah banyak membantu petani padi organik hingga pemasaran dengan melibatkan pihak ketiga. (Reporter: eni, Editor:Shinta)