Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura berkolaborasi dengan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), pada 2-3 Desember 2019 menyelenggarakan Workshop: Librarian Knowledge and Experience Sharing di Amaroossa Hotel Bogor. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun dan meningkatkan fungsi layanan perpustakaan lingkup Kementerian Petanian kepada masyarakat luas. Acara ini diikuti oleh perwakilan pustakawan dari seluruh eselon I Kementerian Pertanian dan pejabat struktural yang membawahi jabatan fungsional pustakawan. Kepala PUSTAKA, Retno Sri Hartati Mulyandari berkesempatan memberikan pencerahan terkait trasnformasi perpustakaan dan pustakawan lingkup Kementerian Pertanian. Salah satu konsep pengembangan perpustakaan pertanian di era revolusi 4.0 adalah mengubah text to context. Pustakawan berperan sebagai pelayan publik yang selain berfungsi untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh stakeholders pertanian, masyarakat umum, hingga pengambil kebijakan juga mengawal dalam proses implementasinya di lapangan. Untuk menjalankan tugas tersebut, pustakawan harus satu mindset “one person one librarian, one person one public relation” dan budaya kerja KKPID yaitu komitmen, keteladanan, professional, integritas dan disiplin. Media sosial dan komunitas merupakan sarana efektif untuk percepatan promosi dan virtual/digital literacy secara massif.
Peran pustakawan di setiap unit direktorat jenderal teknis sangat strategis karena memiliki sumberdaya yang bersentuhan atau memiliki keterkaitan dengan Pemerintah Daerah dan pelaku utama pembangunan pertanian. Oleh karena itu, pustakawan di Dirjen Teknis wajib menggaet seluruh informasi dan data hasil riset dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang dapat diimplementasikan langsung di tingkat petani. Harmonisasi dan sinergi dengan lintas lembaga/stakeholder dalam dokumentasi dan pengelolaan informasi iptek pertanian sangat diperlukan. Di samping itu, penyiapan e_resources iptek pertanian juga harus terintegrasi dengan e_resources global. Hal ini mengingat Indonesia yang berada di garis khatulistiwa dengan sumber daya alam yang melimpah memiliki potensi luar biasa sebagai lumbung pangan dunia. Oleh karena itu, perpustakaan pertanian pun harus berperan di kancah internasional dan selanjutnya juga bertaraf internasional.
Branding perpustakaan berinklusi sosial merupakan tantangan yang harus disambut baik pustakawan untuk menciptakan interaksi intensif dan interaktif sehingga terjadi transfer knowledge dan experience. Literasi yang dilakukan hendaknya bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Setiap informasi tentang iptek pertanian harus disebarluaskan sehingga menginspirasi dan bermanfaat bagi masyarakat. Pustakawan harus menjadi leader dan inspiring people. Karena esensi jiwa seorang pustakawan adalah menyampaikan informasi baik dan kebaikan tersebut diharapkan meluas dan terus bergerak menebar manfaat dan kebaikan kepada orang lain sehingga mampu meningkatkan kapasitas seseorang yang berujung pada kesejahteraannya.
Perpustakaan di setiap unit kerja hendaknya menjadi node interaksi masyarakat pelaku pembangunan pertanian pertanian. Selanjutnya perpustakaan pertanian berbasis inklusi sosial yang dikembangkan di komunitas atau lokasi strategis juga difungsikan sebagai pusat informasi dan edukasi pertanian tematik terdekat dengan petani dan masyarakat dengan mengoptimalkan sumber daya dan keterlibatan stakeholders. Perpustakaan pertanian hendaknya juga mampu hadir dengan style kekinian agar diminati dan semakin dekat dengan generasi muda. Sebagai contoh, konteks pertanian dapat ditanamkan pada perpaduan perpustakan pertanian dengan aktifitas terdekat dengan para generasi milenia misalnya berpadu dengan café kopi, teh, cokelat, jus buah dan sayuran.
Pada hari kedua pertemuan, peserta mendapatkan materi dari pustakawan Perpustakaan Nasional dan Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan UNPAD, Renus Siboro dan Ute Lies Siti Khadijah terkait Pembangunan Perpustakaan Khusus Berbasis Inklusi Sosial dan Membangun Positif Branding Perpustakaan Kementerian Pertanian. Acara ditutup dengan library tour ke Gedung Perpustakaan dan Pengetahuan Pertanian Digital serta Museum Tanah dan Pertanian sebagai pusat informasi dan edukasi pertanian tematik Kementerian Pertanian yang dikelola PUSTAKA.