Bagaimana agar penelusuran informasi menjadi lebih mudah? Salah satunya dengan membuat publikasi sekunder yang dapat membantu para pengguna layanan perpustakaan dalam proses pencarian informasi menjadi lebih cepat. Untuk meningkatkan kemampuan pustakawan dalam membuat publikasi sekunder, Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) menggelar Virtual Literacy (VL) dengan tema "Penyusunan Publikasi Sekunder" melalui Open Virtual Literacy (Oviral) Room PUSTAKA Kementan pada 27 April 2020.
Kepala PUSTAKA, Retno Sri Hartati Mulyandari yang turut mengawal kegiatan VL mengungkapkan bahwa penyusunan publikasi sekunder akan membantu pengunjung perpustakaan dalam mencari informasi sekaligus sebagai bahan promosi untuk mengenalkan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Inovasi hasil penelitian dan pengembangan dari para peneliti Balitbangtan akan lebih cepat dimanfaatkan oleh pengguna apabila dibuatkan publikasi sekunder sehingga mudah untuk ditelusur. Tim PUSTAKA siap membantu dan mengawal para pustakawan lingkup Kementan untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis terkait penyusunan publikasi sekunder melalui virtual literacy.
Retno berharap para pustakawan Kementan yang ada di daerah dapat membuat literatur sekunder spesifik lokasi guna mendukung kegiatan para peneliti, penyuluh dan stakeholders lainnya di wilayahnya. Lebih lanjut Retno menambahkan para pustakawan juga dapat membuat publikasi sekunder untuk koleksi-koleksi perpustakaaan yang berasal dari di luar Kementerian Pertanian.
VL kali ini diikuti sebanyak 6 node (22 orang) diantaranya adalah BPTP Sulsel, BPTP Sultra, BBVet Maros, Polbangtan Gowa dan BPTP Sulbar. Menghadirkan Dyah Artati, Pustakawan Muda di PUSTAKA sebagai narasumber.
Diah menuturkan bahwa publikasi sekunder adalah daftar pustaka yang bersumber dari literatur primer yang disusun sesuai dengan kaidah yang sudah ditentukan, kemudian dipublikasikan secara tercetak ataupun elektronis sebagai salah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pustakawan agar mempermudah pencarian informasi dan sekaligus sebagai ajang promosi perpustakaan. Dengan harapan sumber daya koleksi perpustakaan akan lebih maksimal dapat dimanfaatkan oleh pemustaka (pengguna perpustakaan)
Para peserta terlihat sangat antusias mendengarkan pemaparan narasumber terkait penyusunan publikasi sekunder. Karena selama ini mereka jarang sekali melakukan kegiatan penyusunan publikasi sekunder.
Dalam sesi tanya jawab disampaikan juga tahapan dalam penyusunan bibliografi mulai dari pengumpulan bahan pustaka, penelusuran informasi, hingga tahapan pemeriksaan naskah akhir bibliografi, serta proses editing