Di Indonesia metode grafting masih dilakukan secara manual, dengan jumlah petani yang memiliki kemampuan untuk melakukan metode ini masih terbatas, hal itulah yang menjadi kendala yang dihadapi petani dalam mengembangkan tanaman pohon dan menyediakan benih unggul bermutu dengan cepat, baik komoditas perkebunan, maupun hortikultura. Solusi dari masalah ini adalah dengan mesin grafting semi otomatis inovasi dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), simak informasi selanjutnya pada tautan beriut ini.
Metode sambung pucuk (grafting) adalah salah satu cara untuk menyediakan benih yang berkualitas, hal ini sangat penting khususya menyangkut kebutuhan bibit berkualitas pada tanaman tahunan dan tanaman buah.
Metode ini sudah lama dikenal dan digunakan petani untuk memperbaiki sifat tanaman, cara kerjanya adalah dengan menggabungkan dua bagian tanaman (organ dan jaringan nya) yang masih hidup sehingga keduanya dapat menjadi satu tanaman yang utuh, yang memiliki sifat kombinasi dari kedua tanaman tersebut.
Grafting secara konvensional menggunakan pisau atau gunting grafting, sehingga mutu benih yang dihasilkan bervariasi tergantung dari keterampilan petani/tenaga grafting-nya. Dengan terbatasnya tenaga kerja maka kapasitas hasil benih juga rendah, karena per orang setiap harinya hanya bisa mendapatkan 75 tanaman hasil sambung pucuk.
Karena itulah mesing grafting semi otomatis dirancang, guna mempermudah proses grafting, dengan mesin ini petani hanya perlu menyalakan mesin dan menyiapkan tanaman yang akan disambung pucuk, dan petani akan lebih capat mendapatkan benih dengan kualitas yang baik dan seragam. Mesin grafting semi otomatis ini berfungsi untuk memotong batang atas dan batang bawah, mengikat sambungan antara batang bawah dengan batang atas dengan alat pengikat. Dengan gerakan maju dan mundur pisau potong batang yang akan disambung menggunakan sistem pneumatik yaitu double pneumatik silinder dengan linear guide dan gerakan penjepit batang yang akan disambung menggunakan jari-jari penjepit (gripper) sistem pneumatik. Untuk mengikat sambungan antara batang bawah dan batang atas menggunakan motor listrik.
Hadirnya mesin ini juga dilatarbelakangi presentase keberhasilan tumbuh dari hasil grafting manual yang masih di bawah 90%. Padahal, bibit hasil Grafting ini bisa menghasilkan keuntungan yang menggiurkan. Misalnya untuk bibit Kakao hasil Grafting adalah Rp 5-10 ribu per batang, dan bibit Grafting buah buahan seperti jeruk, rambutan, bisa mencapai harga di atas Rp 25 ribu. Dibandingkan dengan cara manual mesin ini dapat menghasilkan kapasitas mencapai 10-15 kali lipatnya, tentunya hal ini akan sangat baik bagi kemakmuran petani.
Presentase keberhasilan tumbuh dari bibit hasil mesin grafting semi otomatis ini pun terbilang tinggi yakni, lebih dari 95% meskipun yang mengoprerasikan alatnya bukan ahli grafting. Mesin ini juga dapat dipakai untuk segala jenis tanaman tahunan dan buah buahan, dan dapat disesuaikan bersar dan tingginya.(sumber:BBP Mektan)