Perubahan iklim di belahan bumi ini telah terjadi berdampak terhadap ketersediaan air. Untuk mengetahui siasat yang perlu dilakukan dalam menjaga ketersediaan air dampak perubahan iklim, Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (PUSTAKA) berkolaborasi dengan Direktorat Repositori, Multimedia dan Penerbitan Ilmiah (RMPI), Badan Riset Nasional (BRIN) menggelar diskusi dan bedah buku. Tujuan kegiatan ini untuk menyebarluaskan serta mendiseminasikan pengetahuan pertanian dari hasil terbitan Pertanian Press, PUSTAKA dan Penerbit BRIN, Direktorat RMPI.
Kegiatan yang diselenggarakan pada tangal 11 Juni 2024 ini mengusung tema “Inovasi Pengelolaan Air Tehadap Perubahan Iklim di Sektor Pertanian” dan menghadirkan para pakar serta penulis buku tentang perubahan iklim dan dalam sektor pertanian.
Dalam kesempatan tersebut, hadir Kepala PUSTAKA, Muchlis. Dalam sambutannya, Muchlis mengungkap bahwa Bedah buku ini merupakan implementasi kerja sama PUSTAKA dan Direktorat RMPI, BRIN. Kepala PUSTAKA menekankan pentingnya memperluas wawasan dalam pemanfaatan lahan terbatas melalui teknologi dan praktik cerdas serta kearifan lokal petani untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Menurutnya, pengelolaan sumber daya air sangat krusial dalam pertanian. Ia berharap pengetahuan dan teknologi yang disampaikan dalam kegiatan ini dapat bermanfaat dan diterapkan secara luas sehingga dapat memberikan dampak positif bagi sektor pertanian Indonesia.
"Siklus perubahan iklim akan tetap seperti ini di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan upaya luar biasa untuk menghadapinya. Praktek cerdas dan teknologi irigasi yang baik dapat diadopsi dan direplikasi oleh semua peserta acara ini," ungkapnya.
Sementara itu, Direktur RMPI,BRIN, Zaenal Akbar, dalam sambutannya mengatakan bahwa bedah buku ini adalah metode untuk mendiseminasikan hasil riset dan memperkaya literasi sains masyarakat. Menurutnya, perubahan iklim harus dihadapi dan petani membutuhkan kemampuan serta pengetahuan untuk beradaptasi. Kegiatan ini membahas secara mendalam perubahan iklim, strategi adaptasi, dan teknologi pertanian hemat air yang dijelaskan dalam buku "Teknologi dan Kearifan Lokal untuk Adaptasi Perubahan Iklim" dan "Teknologi Hemat Air Komoditas Hortikultura".
Zaenal berharap juga kegiatan ini dapat menjembatani hasil riset dan inovasi pertanian agar dapat diterapkan oleh penyuluh pertanian, kelompok petani, dan pemerintah daerah sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
Fatchan Nurochmad dari Universitas Gadjah Mada yang hadir sebagai keynote speaker membahas "Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Adaptasi Perubahan Iklim". Menurutnya, inovasi teknologi perlu dievaluasi efektivitas dan efisiensinya dibandingkan teknologi yang sudah ada.
Selanjutnya, pada sesi diskusi dimoderatori oleh Suharno, dosen Polbangtan Yoma, menghadirkan narasumber dari penulis kedua buku yang dibahas, pembahas buku serta petani yang telah menerapkan teknologi hemat air di lokasi kegiatan.
Muhammad Agung Sunusi dari Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian yang hadir sebagai penulis buku “Teknologi Hemat Air Komoditas Hortikultura” menyatakan bahwa ketersediaan air sangat memengaruhi produktivitas lahan pertanian, terutama hortikultura. Infrastruktur pertanian yang baik dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mendukung tujuan strategis sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional.
Melengkapi pernyataan Agung Sunusi, Nani Heryani, penulis buku "Teknologi dan Kearifan Lokal untuk Adaptasi Perubahan Iklim" dari BRIN mengungkapkan bahwa sumber daya air nasional yang besar sering terkendala oleh rendahnya efisiensi pengelolaan dan keragaman ketersediaan air antarpulau. Buku tersebut memberikan tinjauan tentang dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air di Indonesia dan teknologi adaptasi yang dirancang untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Kemudian Murtiningrum dari Universitas Gadjah Mada, sebagai pembahas kedua buku tersebut menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan besar bagi pertanian saat ini, dengan peningkatan suhu rata-rata global dan perubahan pola cuaca ekstrem yang mempengaruhi sektor pertanian. Teknologi dan kearifan lokal yang dibahas dalam buku tersebut dapat memberikan kontribusi pada pengetahuan masyarakat dan implementasinya. Di kesempatan yang sama, Sumarna, seorang petani adopter teknologi hemat air, berbagi pengalaman praktisnya dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air di lahannya.
Kegiatan ini diikuti peserta secara luring dan daring. Peserta yang hadir secara luring sekitar 60 orang, sedangkan peserta daring melalui zoom meeting dan youtube lebih dari 200 orang peserta. Peserta acara yang hadir luring juga secara langsung dapat melihat teknologi hemat air, yaitu irigasi kabut yang telah diimplementasikan di lapangan oleh Kelompok Tani Pasir Makmur di Desa Sri Gading.
Antuasiame peserta dalam diskusi cukup tinggi baik yang hadir secara luring maupun daring. Lebih dari sepuluh orang peserta mengajukan pertanyaan kepada narasumber, akan tetapi karena keterbatasan waktu hanya enam peserta terpilih yang bisa ditanggapi oleh narasumber. Setelah kegiatan ini diharapkan akan semakin banyak masyarakat yang terliterasi dengan informasi dari buku-buku pertanian. (SNT/Edit TP)