Jika kita mendengar kata “Tikus” yang terbersit adalah sosok hewan peganggu yang sering membuat kerusakan, tidak hanya dalam rumah, di sektor pertanian pun tikus menjadi organisme peganggu tanaman, baik tanaman pangan maupun hortikultura.
Tanaman pangan merupakan segala jenis tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan sebagai sumber makanan pokok. Tanaman pangan biasanya merupakan tanaman yang dapat menghasilkan karbohidrat dan protein. Di Indonesia, tanaman pangan yang sering dibudidayakan adalah padi, jagung, singkong dan sagu. Sedang tanaman hortikultura merupakan tanaman buah, sayur dan tanaman hias. Tanaman pangan dan hoertikultura sangat penting kebutuhan pangan dan gizi masyarakat di Indonesia baik pemenuhan secara kuantitas maupun kualitas.
Lalu bagaimana tikus dapat mengganggu tanaman? Tikus merupakan salah satu hama yang sering mengganggu petani dalam kegiatan budidaya tanaman pangan. Hama tikus sering dijumpai pada budidaya tanaman padi. Serangan hama tikus pada persawahan dapat menimbulkan kerusakan fatal. Pada kasus yang paling fatal dapat mengakibatkan gagal panen sehingga perlu dilakukan pengendalian OPT pada kegiatan usahatani.
Tikus sawah merupakan salah satu hama jenis mamalia. Hama jenis ini biasanya merupakan hewan herbivora atau pemakan tumbuhan. Hama tikus memiliki kemampuan berkembang biak secara cepat serta mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi agroekosistem yang ada. Jika populasi hama tikus tidak dapat terkontrol maka mengakibat kerusakan pada tanaman budidaya, bahkan akan meningkatkan resiko gagal panen.
Pengendalian OPT Tikus
Salah satu kegiatan usaha tani yang dinilai penting adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kegiatan ini dilakukan agar hasil produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas tetap terjaga. Salah satu pengendalian OPT yang dapat digunakan adalah pengendalian hayati (biological control). Pengendalian OPT ini memanfaatkan musuh alami hama tanaman. Meskipun begitu, diperlukan campur tangan manusia dalam melakukan pengendalian agen hayati.
Dalam sebuah virtual literacy yang digelar oleh PUSTAKA pada bulan 26 Oktober 2021, Agus Wahyana Anggara, peneliti Balitbangtan mengungkapkan beberapa jenis burung yang dapat menjadi predator tikus diantaranya adalah egret/bangau besar, rajawali serta burung hantu.
Dari beberapa jenis burung tersebut yang paling efektif menjadi predator tikus adalah burung hantu. Mengapa burung hantu di katakan efektif menjadi predator tikus? Ada beberapa alasan yang pertama karena burung hantu tergolong ke dalam jenis hewan nocturnal (aktif pada malam hari), waktu aktif burung hantu sama seperti waktu aktif tikus, sehingga kemungkinan burung hantu bertemu tikus lebih tinggi. Burung hantu merupakan salah satu musuh alami dari tikus sawah sehingga dapat dikategorikan sebagai agen hayati.
Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di persawahan tergolong lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan pengendalian hama secara konvensional yang masih menggunakan bahan kimia.Selanjutnya pakan pavorit burung hantu adalah tikus, seekor burung hantu mampu memangsa 2-4 ekor tikus per malam.
Penggunaan agen hayati burung hantu dapat mengurangi residu racun tikus pada daerah persawahan yang dapat beresiko mengganggu agroekosistem. Burung hantu memiliki kemampuan untuk mendengar suara tikus dalam radius 500 m. Burung hantu memiliki jangkauan terbang hingga 12 km. Barn owl dapat memangsa lebih dari 100 ekor tikus dalam sebulan dengan perkiraan dapat memangsa tikus sawah sebanyak 3600 ekor dalam setahun.
Jenis Burung Hantu Pemangsa Tikus
Burung hantu yang biasa dimanfaatkan sebagai pengendali hama tikus adalah jenis barn owl (Tyto alba). Alasan memilih burung hantu jenis ini karena barn owl memiliki karakteristik mudah beradaptasi pada lingkungan perkotaan maupun persawahan. Selain itu, barn owl memilki ciri khas lebih rakus jika dibandingkan dengan burung hantu jenis lain.
Jumlah burung hantu di dunia ada 216 spesies, sebaran di Indonesia ada 54 spesies. Species burung hantu yang menjadi predator tikus diantaranya adalah Bubo Sp, Strix SP, Otus SP, Ninox SP, serta Tyto SP. Jenis-jenis Tyto SP sebagai predator tikus adalah Tyto Alba (serak jawa), Tyto Longimembris (serak padang), Tyto Losenbergii (Serak Sulawesi)
Tyto SP merupakan salah satu species yang mudah dikembangkan. Jenis ini termasuk dalam barn owl (burung hantu gudang), relatif terbiasa dengan kehadiran manusia, burung ini cenderung memanfaatkan bangunan sebagai sarang.
Pemanfaatan Tyto Alba sebagai Pemangsa Tikus
Lalu bagaimana caranya agar burung hantu dapat memangsa tikus di lahan petani?, caranya memang butuh proses, seperti diungkap dalam virtual literacy tersebut, Astuti PPL Kabupaten Sukoharjo mengungkapkan bahwa seorang petani harus terlibat langsung, dalam pelestarian burung hantu, untuk jenis Tyto Alba memang banyak di temui di pulau Jawa. P4S Harmoni yang merupakan P4S binaannya menjadi salah satu pusat karantina tyto alba, sejak lahir tyto di karantina ini, memang sudah menyukai tikus sebagai makanan favoritnya. Selanjutnya Tyto di kenalkan pada sebuah bangunan yang dikenal dengan rubuha (rumah burung hantu), jika sudah dewasa, tyto sudah mengenali rumahnya dan sudah mengenal tikus sebagai makanannya maka tyto sudah dapat di lepas ke lahan sawah beserta rumahnya.
Kunci sukses dalam pengendalian hama tikus menggunakan agen hayati burung hantu adalah partisipasi dari semua petani dan dilakukan secara konsisten. Pengendalian hama tikus menggunakan agen hayati burung hantu yang dilakukan secara sendiri-sendiri tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu kendala dalam pemanfaatan agen hayati burung hantu adalah masyarkat yang masih belum sadar akan pentingnya menjaga kelestarian burung hantu. Banyak masyarakat yang mencoba untuk menembak maupun memburu burung hantu tanpa memikirkan efek keberlanjutan khususunya pada ekosistem persawahan, sehingga diperlukan dukungan masyarakat banyak agar dapat menjaga kelestarian lingkungan di persawahan.
Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sudah banyak diterapkan di Indonesia. Salah satu penerapannya yaitu ada di Kabupaten Sukoharjo. Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus di Kecamatan Sukoharo Kabupaten Sukoharjo tergolong berhasil. Petani disana sudah mampu untuk melatih burung hantu, mengerti cara pembuatan rumah burung hantu (rubuha), mengerti teknik pelepasan burung hantu serta teknik perawatan burung hantu.
Pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus tergolong murah. Petani hanya perlu mengeluarkan modal untuk membeli burung hantu dan rubuha. Selain itu, burung hantu juga merupakan burung yang dapat dilatih sehingga resiko untuk kabur dapat diminimalisir.
Penempatan Rubuha
Selanjutnya bagaimana penempatan rubuha di lahan sawah? Dalam virtual literasi yang telah menggaet ribuan partisipan tersebut, Agus Anggara juga mengungkapkan bahwa rubuha harus di tempatkan di habitat alami burung hantu. Para petani harus memperhatikan bioekologi burung hantu, yang pertama adalah habitat alami yang di rancang sesuai dengan perilaku yang disukai burung hantu. Lakukan manipulasi habitat, tempatkan rubuha di atas pohon yang rindang dan sejuk yang berdekatan dengan sumber air, agar batang pohon dapat menjadi tenggeran kala burung hantu mengawasi tikus.
Rubuha diharapkan dapat menjadi habitat burung hantu yang dapat dimanfaatkan menjadi pengendali hama tikus sawah, sehingga dapat membantu petani dalam mengatasi permasalahan hama tikus serta dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama tikus dalam kegiatan budidaya tanaman pangan di Indonesia. (Shinta Octavia)