Sesi kedua dalam acara workshop Perpustakaan Khusus Berbasis Inklusi Sosial (PKBIS) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) yang diadakan selama dua hari, Kamis-Jumat, 14-15 Juli 2022, di Museum Tanah dan Pertanian menampilkan dua narasumber, Abdul Basit dan Ifan Muttaqien. Vivit Wardah, Pustakawan madya memoderatori sesi kedua yang dilakukan secara panel. Abdul Basit, Perencana Utama Kementerian Pertanian, menyampaikan materi “Kerangka Umum Perencanaan dan Evaluasi Perpustakaan Pertanian Berbasis Inklusi Sosial”. “Literasi merupakan faktor esensial dalam upaya membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya masyarakat berpengetahuan dan berkarakter,” paparnya. Literasi merupakan bentuk cognitive skills yang tercermin pada kemampuan mengidentifikasi, memahami, dan menginterpretasi informasi yang diperoleh untuk ditransformasikan ke dalam aktifitas. Transformasi layanan perpustakaan mendukung kesejahteraan dengan kegiatan transfer pengetahuan, membangun akses pengetahuan, serta melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendapatkan informasi dan berbagi pengalaman praktis di perpustakaan.
Pustakawan harus menjadi mitra utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan PKBIS. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh pustakawan dalam kegiatan PKBIS, yaitu penyediakan konten pertanian koleksi fisik dan digital, berkolaborasi dengan pemangku kepentingan/stakeholders, menyelenggarakan bimbingan literasi untuk mewujudkan masyarakat yang literate, menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan bagi petani dan masyarakat, meningkatkan minat baca sekaligus mengenalkan pertanian kepada generasi muda dan masyarakat, serta mempromosikan lembaga dan program Kementerian Pertanian kepada masyarakat luas.
“Peningkatan Layanan dan Promosi Perpustakaan” disampaikan Ifan Muttaqien menjadi materi terakhir pada hari pertama workshop. “Media sosial (medsos), media berbasis internet dan teknologi digital menjadi media pilihan utama bagi pengguna untuk berkomunikasi dan berinteraksi,” ungkapnya. Sejalan dengan hal tersebut, perpustakaan perlu promosi di medsos. Ifan mengenalkan beragam platform medsos serta penggunaannya. Berdasarkan data, platform medsos tertinggi digunakan masyakarat untuk promosi, yaitu Whatsapp, Instagram, Facebook, dan Tiktok. Platform ini digunakan oleh pengguna dengan rentang usia 16-64 tahun. Medsos dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam penggunaan dan pencarian koleksi, promosi dan mereviu buku baru oleh komunitas, layanan pengguna (live chat dengan pustakawan), media pembelajaran (memposting topik untuk dikomentari oleh pengguna. (Sutarsyah).