Gurihnya ceker menyimpan kesan tersendiri bagi penggemarnya, padahal ceker adalah limbah dari usaha ayam potong. Nilai ekonomis ceker tidak seberapa namun Kementerian Pertanian melalui penelitinya berhasil menyulap ceker menjadi karya inovasi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan mengolahnya menjadi gelatin.
Teknologi inovasi tersebut menjadi kabar menarik bagi pelaku industri pangan dan farmasi serta industri lainnya. Selama ini, masyarakat awam masih sering mengasosiasikan sumber gelatin berasal dari babi. Padahal sumber gelatin sangat beragam, seperti tulang sapi, tulang ikan, kulit ikan, kulit ayam, kulit domba dan kaki bebek. Kini dengan ceker pilihan bahan baku gelatin pun lebih beragam dan murah serta halal.
Mengapa ceker ayam? Ceker ayam berdaya jual rendah, sehingga kurang diminati untuk diolah menjadi bahan pangan. Bahkan ada pula yang membuangnya begitu saja. Nah, penggunaan ceker ayam sebagai bahan baku gelatin merupakan upaya untuk meningkatkan nilai jualnya.
Balutan gelatin berfungsi menjaga warna daging agar tidak memudar sekaligus menekan pertumbuhan bakteri dan menjaga oksidasi lemak. Kalau lemak teroksidasi akan menjadikan daging berbau tengik. Gelatin ini mencegah adanya perubahan pada bau, warna dan tekstur daging selama penyimpanan di kulkas
Selengkapnya
http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/actual.html?type=news&id=258