Salah satu tantangan pertanian ke depan adalah perubahan iklim. Siklus ini menjadi hal yang sulit untuk diprediksi. Perubahan atmosfir iklim menjadi tidak jelas. Siklus dan sebarannya menjadi hal yang dapat berdampak pada sektor pertanian. Untuk mengedukasi dan memberi literasi kepada Petani, Pusat Perpustakaan dan Literasi Pertanian (Pustaka) menggelar acara “Upaya Menghadapi Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian” pada 5 Juli 2023
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Pustaka Kementerian Pertanian, Muchlis, dalam sambutannya ia mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan hari ini menjadi tugas kita mengedukasi seluruh stakeholder untuk memberi pemahaman bagaiamana menyiasati perubahan iklim.
“Harapan kami info elnino bisa dibuat rencana aksinya. Dalam kegiatan ini ada 2 buku yang akan dibedah sehingga bisa menjadi isue strategis. Buku pertama adalah “Adaptasi Dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim” serta “Emisi Gas Rumah Kaca Peternakan di Indonesia dari Tier 2” ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengungkap bahwa Pustaka harus melakukan pendampingan dalam bentuk penyebaran informasi, terkait perubahan iklim. Penanggulangan perubahan iklim harus terus dilakukan kepada seluruh stakeholder. Untuk itulah sinergi perlu dilakukan.
Sementara itu Direktur Repositori Multimedia dan Penerbitan Ilmiah Badan Riset dan Inovasi Nasional, Ayom Widianaminto, mengungkap bahwa perubahan iklim menjadi tantangan terbesar. Brin menjalin Kerjasama dengan Pustaka Bersama-sama mengedukasi upaya peubahan iklim. Kegiatan kolaborasi ini bermanfaat. Berharap bisa lebih intens menerbitkan buku di sektor pertanian.
Dalam kesempatan yang sama, Perdinan dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB Program Studi PSL IPB University memaparkan mengenai Upaya Menghadapi Perubahan iklim pada Sektor Pertanian ”Literasi dan Kontribusi NDC".
Perdinan mengungkap bahwa dampak perubahan iklim berpengaruh pada menurunnya hasil panen di daerah yang mengalami kenaikan suhu 2-6℃, bagi daerah yang mengalami kenaikan hanya 1℃ Kemungkinan ada peningkatan panen di beberapa daerah yang tinggi. Namun ada kemungkinan Jatuhnya hasil panen di banyak negara maju yang mengalami kenaikan suhu 4-6℃.
Selanjutnya narasumber lainnya M. Agung Sunusi, Koordinator Dampak Perubahan Iklim, Direktorat Jenderal Hortikultura mengungkap bahwa Perubahan iklim memicu perubahan lingkungan yang menyebabkan berubahnya respon tanaman. Perubahan iklim berdampak signifikan terhadap subsektor hortikultura sehingga menimbulkan beberapa tantangan dan permasalahan seperti drainase air yang buruk, memperngaruhi pola budidaya seperti pemilihan awal musim tanam dan pemilihan varietas, berkurangnya luas tanam dan panen serta meningkatnya serangan OPT.
Dalam kesempatan itu hadir pula Edvin Aldrian dari BRIN editor buku Emisi Gas Rumah Kaca Peternakan di Indonesia dari Tier 2. Ia mengungkap bahwa berdasarkan Kajian Proses dan Hasil Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari Subsektor Peternakan dengan Metoda TIER 2, Jenis ternak yang dapat meningkat gas rumah kaca adalah sapi potong sapi Perah, kerbau, domba, kambing, kuda, babi dan unggas. Kegiatan ini dikuti sekitar 300 peserta baik luring maupun daring. Para peserta sangat antusias.