Salah satu upaya pemerintah dalam menyediakan pangan nasional adalah dengan mengembangkan kawasan food estate, Untuk mendukung pengembangan kawasan tersebut, Pusat Perpustakaan dan Pengembangan Teknologi Pertanian (Pustaka) berkontribusi dalam memberikan informasi terkait kebutuhan informasi para petani di kawasan food estate dengan menghadirkan Live in Action Teknologi Pertanian bertema “Pemasaran, pengolahan dan pemasaran pada 25 Maret 2021”
Kegiatan ini bekerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah. Hadir dalam acara tersebut Kepala Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (Pustaka), Abdul Basit, dalam sambutannya abdul basit mengungkapkan bahwa tujuan digelarnya acara ini adalah untuk Untuk dapat memberikan edukasi serta memotivasi para petani agar dapat mengembangkan kopi liberika yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
“Meskipun fokus dari program food estate dititikberatkan pada produksi pangan, khususnya padi, akan tetapi diperlukan juga pengembangan produksi komoditas pertanian lainnya yang dilakukan secara terintegrasi mencakup sektor pertanian, peternakan, hingga perkebunan yang berada di suatu kawasan,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut hadir narasumber peneliti Balittri, Budi Martono dalam bincang santainya bersama host Ifan Muttaqien, Budi mengungkapkan bahwa kopi liberika hasil inovasi Kementerian Pertanian adalah liem 1 dan liem 2, sementara ini penyediaan bibit masih tergantung pada pohin induk lim 1 dan 2 Balittri sendiri sudah menyiapkan pohon induk untuk benih sebarnya 3-4 tahun mendatang.
Sementara itu Bariot Hafir yang juga peneliti Balitri mengungkapkan bahwa lahan sub opimal yang potensial dikembangkan adalah lahan gambut, dalam pengembangannya pasti akan mengalami banyak kendala, jika sembarangan akan mengalami degragdasi, salah satu komoditas yang terbukti dapat dikembangkan adalah kopi liberika, kopi ini dapat diandalkan sebagai komoditas pilihan untuk mengkonservasi gambut sebagai simpanan karbon serta mengatasai permasalahan degradasi lahan. Kemudiaan Rita Harni yang juga peneliti Balittri mengungkapkan bahwa Hama dan penyakit yang biasanya menyerang kopi adalah pengerek buah, karat, jamur akar, bercak daun.
Selanjutnya Eko Heri Purwanto mengungkapkan bahwa hal yang kadang dilupakan petani adalah mutu petik diambil pada saat tidak matang, pengolahan pada saat penjemuran biasanya banyak petani yang menjemur langsung di tanah tanpa terpal akan ada aroma tanah ketika hujan tidak diangkat akan menyembabkan jamur. “Untuk cita rasa kopi liberika merupakan kopi specialty, cita rasa berbeda ada yang mengatakan aromanya manis-manis apek buah kering, atau seperti nangka, yang mepengaruhi salah satu kandungannya” ujarnya
Acara tersebut juga dihadiri oleh petani milennial yang telah sukses menanam kopi liberika Al hakim serta entreupreuneur kopi Iwan Agung. Acara tersebut diikuti oleh sekitar 1.500 partisipan melalui zoom meeting dan live streaming youtube.