Membuat tulisan ilmiah kerap kali menjadi moment menakutkan bagi sebagian orang. Mereka menganggap menulis itu sulit, namun jika kita coba menulis ilmiah itu mengasyikan, apalagi jika kita memiliki kemampuan menggunakan bahasa baku yang tepat. Untuk meningkatkan kemampuan penggunaan bahasa baku, Pusat Perpustakaan dan Literaci Pertanian (Pustaka) menggelar Virtual Literacy yang mengangkat tema “Penggunaan Bahasa Baku dalam Penulisan ilmiah dan Ilmiah Populer pada 29 Mei 2023.
Acara tersebut dibuka oleh Kepala Pustaka yang diwakili oleh Ifan Muttaqien. Dalam sambutannya ifan mengungkap bahwa peran tulisan yang mudah dipahami dan tidak bermakna ambigu sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan melalui suatu tulisan, apa lagi tulisan yang bersifat ilmiah.
Untuk itu, lanjutnya, pemakaian bahasa tulisan yang sederhana dan mudah dipahami sangat penting. Hal ini membutuhkan pemahaman dan latihan agar semakin mahir. “Untuk itu VL kali ini sudah sangat tepat karena mengundang pakar Bahasa Indonesia dan praktisi di dunia pendidikan, semoga ilmu yang dibagi menambah wawasan dan kreatifitas kita untuk menulis”. Ungkapnya
Acara ini menghadirkan narasumber Felicia N. Utorodewo, pakar Bahasa Indonesia yang menjelaskan mengenai penggunaan Bahasa baku, menurut Felicia Variasi bahasa itu bisa terjadi karena adanya bahasa dan kesesuaian format medianya (laras).
Ada berbagai macam laras, ada laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras jurnalistik, laras lagu, laras sastra, laras laporan dan lain sebagainya. “Format tulisan sesuai ISO 5966 terdiri dari judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, isi, simpulan dan usulan, ucapan terima kasih dan daftar pustaka.” Bebernya.
Lebih lanjut ia menjelaskan unsur kesatuan gagasan sangat penting dalam suatu tulisan, yang terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Menurutnya keterbacaan suatu kalimat juga sangat penting untuk memudahkan pembaca memahami kata perkata setiap kalimat.
“Memilih kata yang tepat dan sesuai sangat penting dan hal ini sangat membutuhkan keuletan membaca dan melatih kekayaan kosakata si penulis serta gaya morfologis yang digunakan, akan sangat menentukan menarik atau tidaknya suatu tulisan yang disajikan.” Ungkapnya
Narasumber selanjutnya adalah Editor dan Dosen Bahasa Indonesia Anwari Natari, beliau menjelaskan tentang bahasa penulisan ilmiah populer, sebaiknya menggunakan bahasa yang sangat ilmiah, karena menyulitkan segmen pembaca yang bukan kalangan akademisi, hal ini perlu diperhatikan segmen pembacanya.
“Informasi dan keputusan ada di tangan si pembaca untuk itu perlunya referensi oleh si pembaca untuk menentukan keputusannya, akan semakin baik informasi pembaca yang diterima maka keputusan yang di ambil akan semakin baik pula.” jelasnya
Menurutnya Sebuah tulisan yang efektif adalah tulisan yang berisi ide, gagasan, pesan, pengetahuan yang jelas dan efisien dan mampu menggerakan pembaca secara positif. Bagaimana hal itu bisa dilakukan? Yaitu dengan cara mengatur gagasan dengan baik, menggunakan gaya penulisan yang sesuai, memilih diksi yang tepat, menghindari ambiguitas dan menyampaikan pesan dengan hal-hal yang mudah dipahami dan relevansi terhadap pembacanya.
Pada akhir pertemuan ia berpesan bahwa hakikat penulisan ilmiah populer adalah membuat pembaca awam mudah memahami isi tulisan dengan cepat dan mudah. Aspek yang membedakan tulisan ilmiah dan populer adalah ada pada tujuannya, kosakata, diksi, komposisi kalimat, alur, kelengkapan data/riset, kontekstulisasi dan subjektifitas penulis. Kegiatan ini diikuti oleh 467 orang, para peserta sangat antusias mengikuti acara ini. (Sumber Informasi JH/Rep TP/Editor AS)