Judul: Strengthening Agricultural Resilience Against Climate Change through Climate Smart Agriculture
Editors: Husen, E., Marwanto S., and Agus, F.
Penerbit: Badan Litbang Pertanian
Tahun terbit: 2022
Jumlah halaman: 138 p.
Link akses: https://repository.pertanian.go.id/items/6a3fab51-819b-4f7d-8661-c7c1beee4a82
Perubahan iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap pertanian, termasuk peningkatan suhu udara, perubahan pola musim hujan dan kemarau yang lebih panjang, serta cuaca ekstrem lainnya yang merusak hasil panen. Krisis pangan global diprediksi akan memperparah kondisi akibat dari pemanasan global yang berkepanjangan. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan seperti pertanian cerdas iklim sebagai salah satu inovasi untuk meningkatkan produktivitas dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Buku bertajuk “ Strengthening Agricultural Resilience Against Climate Change through Climate Smart Agriculture” disajikan dalam bahasa inggris sebagai bahan referensi dalam pertemuan G-20 tahun 2022 membahas tentang isu-isu terkait dampak perubahan iklim serta manajemen pengelolaanya.
Dalam buku ini diuraikan berbagai upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam menghadapi masalah dalam sistim produksi pertanian terkait dampak perubahan iklim. Bagian pendahuluan membahas masalah perubahan iklim, khususnya aksi adaptasi. Bab selanjutnya menguraikan penyebab perubahan iklim yang membawa perspektif global terhadap perubahan iklim, serta bahaya perubahan iklim khususnya ancaman terhadap pertanian Indonesia.
Bab 3 menguraikan sekilas mengenai pertanian Indonesia dan kebijakan umum mengenai adaptasi dan mitigasi. Bab selanjutnya membahas tentang sistem sawah dataran rendah (banjir), yang rentan oleh perubahan iklim, emisi metana dan emisi nitrous oxide serta strategi adaptasi.
Pada bab 5 dijelaskan bahwa ada dua sistem utama pertanian di dataran tinggi (sistem tidak tergenang) yaitu tanaman tahunan dan tanaman perennial. Tanaman tahunan lebih rentan dibandingkan tanaman perennial. Kemudian penjelasan dilanjutkan dengan dampak perubahan iklim terhadap tanaman, emisi (dan sekuestrasi) dari masing-masing sistem dan tindakan adaptasi serta manfaat tambahan adaptasi.
Pada Bab 7 diuraikan jenis-jenis pertanian di lahan basah, bagaimana sistem tersebut terkena dampak perubahan iklim, emisi dari lahan basah, dan strategi adaptasi. Kemudian dijelaskan bahwa peternakan didominasi oleh petani kecil dan sistemnya tidak lepas dari dampak perubahan iklim sekaligus merupakan sumber emisi GRK. Setiap strategi adaptasi disertai dengan penjelasan tentang dampak emisi gas rumah kaca dan manfaat tambahan dalam upaya mitigasi.
Pentingnya manajemen penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan juga menjadi sorotan dalam naskah ini, dengan penekanan pada peraturan pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian. Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan untuk membatasi emisi GRK dari perubahan penggunaan lahan dijelaskan pada Bab 9.
Bab terakhir menyoroti pentingnya mempertimbangankan aspek sosio-ekonomi dalam setiap tindakan adaptasi. Perlunya pendekatan secara holistic dalam merancang system pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim.
Buku ini merupakan kompilasi dari beberapa artikel yang relevan yang ditujukan untuk negara-negara anggota G20 dan masyarakat luas, dengan fokus pada pertanian Indonesia serta upaya-upaya adaptasi dan mitigasi yang telah dilakukan. Buku layak untuk dijadikan referensi dan memberikan wawasan serta informasi yang berguna bagi negara-negara anggota G-20 dan masyarakat internasional dalam mengatasi tantangan perubahan iklim di sector pertanian. (DA’24)